"Suka keju? Tau kok!"
"Bukan! Aku suka banget sama kamu."
Gadis itu tersenyum menunduk malu. Kentang kejunya sudah habis lebih dulu. Ia tak menanggapi ucapan Haryo hingga lelaki itu bersuara lagi.
"Seandainya kita ketemu lebih dulu, mungkin aku ngga akan pernah nikah sama istri aku."
Lagi-lagi Alona tak bersuara, ia hanya menaikkan kedua bahunya seolah mengatakan, "Entah lah!"
Bagi mereka, tak ada malam yang lebih indah dibandingkan malam itu. Di bawah langit malam bertabur sinaran, canda tawa keduanya perlahan ditelan malam. Sampai akhirnya mereka berpisah di depan gang rumah Alona.
Tanpa pernah mereka duga, sejak malam itu keduanya tak kan pernah bertemu lagi.
Kini setelah lima tahun perpisahan itu, Haryo masih selalu merindukan Alona. Seperti yang ia lakukan malam ini, duduk melamun tak karuan di kedai yang berada di tengah kawasan Pasar Lama.
Kalau bukan karena hubungan mereka diketahui Karin, mungkin saat ini mereka masih bersama. Karena sesuatu, membuat Haryo tak dapat meninggalkan Karin istrinya.
Haryo tak pernah tahu bahwa di kejauhan sana, Alona juga masih selalu teringat padanya. Merindukannya dalam diam yang menyiksa, hingga tak pernah lagi membuka hatinya untuk lelaki lain.
Bukan maunya jatuh cinta pada suami orang. Cinta yang datang menyapa kala itu, tak sanggup ia hindari.