"Manis di bibir... memutar kata...
Malah kau tuduh akulah, segala penyebabnya
Siapa terlena pasti kan terpana
Bujuknya, rayunya, suaranya..."
Siapa yang tidak kenal petikan lirik dalam lagu Mencari Alasan milik grup band Exist asal negeri jiran yang dirilis tahun 1995 itu.
Lagu itu tetiba terngiang lagi di telinga gara-gara kelakuan pengendara mobil yang lewat belum lama tadi di depan rumah. Sambil putar lagu kencang-kencang, ia santai mengemudi.
Sudah sangat sering, selama tinggal di dekat jalan utama perumahan, kami dikejutkan oleh musik yang diputar dari dalam mobil orang yang melintas.
Kira-kira apa tujuannya? Jika volumenya wajar, tentu tidak jadi masalah. Tapi hal ini sampai terdengar ke luar mobil. Apa mau bersaing dengan tukang tahu bulat yang digoreng dadakan?
Memutar musik atau lagu saat berkendara, biasanya bertujuan agar pengemudi tidak ngantuk, tidak bosan jika sendirian di dalam mobil serta dapat mengurangi stres saat kondisi jalanan macet.
Sedang jenis lagu yang dipilih tentu sesuai selera masing-masing, tapi sebaiknya tidak memilih lagu yang justru bikin ngantuk. Atau bagi yang muslim, akan lebih baik jika memutar murottal Al Qur'an.
Meski ada manfaatnya bagi pengemudi, nyatanya memutar musik atau lagu dengan volume berlebihan di dalam mobil akan merugikan bagi diri si pengemudi dan pengguna jalan lainnya.
Pengemudi tidak dapat mendengar klakson dari pengendara lain, fokus pengemudi dapat buyar sebab terlalu menikmati musik yang diputar apalagi jika sambil joget-joget, tentu ini dapat menyebabkan pengemudi menjadi lemot (telat respon, tidak sadar ada polisi tidur atau jalan berlubang)
Selain juga terkesan norak, hal tersebut tentunya mengganggu kenyamanan (telinga) sesama pengguna jalan.
Yang makin parah terjadi, jika berkendara sambil bikin story buat medsos atau bahkan joget tiktok. Hadeeh, hancurlah dunia persilatan!
Bahayanya, bukan cuma mobil pribadi yang pengemudinya senang memutar musik kencang-kencang, tapi beberapa angkot di kota Bogor sangat suka melakukan hal ini (itu beberapa tahun lalu, ngga tau kalau angkot sekarang)
Bayangkan ketika penumpang ingin turun, mau bilang kiri saja susahnya minta ampun. Sampai harus dibantu penumpang lain untuk berjamaah teriak "Kiri Bang!"
Bahkan dulu saya sempat juga naik angkot yang didesain nyentrik. Bagaimana tidak nyentrik, wong speakernya gede bener... diletakkan pula di bagian belakang dalam angkot. Sampai penumpang yang duduk di dekatnya kesulitan mengatur posisi kakinya.
Nah, semoga kita semua dapat selalu bersikap bijak saat berkendara dengan mobil, utamanya dalam hal memutar musik. Eh, tapi waktu itu ada juga sih pengendara motor yang putar musik kencang-kencang dari hapenya. Cuma memang cukup jarang ditemukan, tidak sesering pengendara mobil. Sekian dan semoga tulisan ini bermanfaat.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H