Mengutip halaman wikipedia, puber atau pubertas adalah proses perubahan fisik saat tubuh anak berubah menjadi tubuh dewasa (datang dewasa) yang mampu melakukan reproduksi seksual.
Pada umumnya pubertas terjadi pada rentang usia 10--14 tahun untuk anak perempuan dan usia 12--16 tahun untuk anak laki-laki. Seiring dengan perubahan fisiknya, remaja dalam masa pubertas memiliki kecenderungan untuk bersikap lebih aktif.
Mendadak senang merawat diri, menjaga penampilan, bersolek hingga mencari perhatian dari lawan jenis. Hatinya kerap berbunga-bunga dan mudah tersipu malu. Serta sangat senang memperluas pergaulan dengan banyak teman baru.
Rasanya wajar dan sah-sah saja selama hal tersebut masih dalam batas wajar dan membawa dampak positif bagi perkembangan dirinya sendiri.
Namun, ada istilah puber kedua yang kerap terjadi pada orang dewasa. Istilah puber kedua memang tidak ada dalam dunia medis. Meski faktanya memang terlihat nyata karena banyak yang mengalaminya. Maka, masa puber kedua harus tetap diwaspadai agar jangan sampai mengganggu aktivitas.
Rata-rata pria dan wanita berusia 30-an, 40-an bahkan 50-an mengalami masa yang disebut puber kedua. Hal ini tak hanya terjadi pada mereka yang berstatus single, duda atau janda. Mereka yang masih memiliki pasangan pun, tak lepas mengalami masa puber kedua ini.
Ditandai dengan gejala yang hampir sama ketika dulu mengalami puber pertama. Di mana Anda akan merasakan diri Anda muda kembali, terlihat lebih genit, sangat percaya diri untuk tampil mengikuti trend remaja, sering berbunga-bunga karena diberi pujian, tidak betah berdiam di rumah, dan yang paling berbahaya adalah jika sampai menimbulkan perselingkuhan.
Sejauh pengamatan saya terhadap beberapa orang yang sedang mengalami puber kedua, mereka cenderung mengalihkan perhatiannya kepada dunia luar, di atas segala kejenuhan hidup yang dirasakan.
Misalnya jika Anda bekerja di kantor, maka tak jarang Anda suka mencari perhatian pada daun muda, dengan penampilan terbaik Anda.
Ditambah dengan adanya media sosial yang kini turut memberi wadah bagi mereka yang selalu ingin tampil dan dilirik. Bahkan sarana ini mendukung mereka untuk mendapat banyak teman baru, terutama teman yang berlawanan jenis.
Sehingga lebih jauh, jika ditemukan obrolan yang klop satu sama lain tak menutup kemungkinan untuk lanjut ke pertemuan langsung/ tatap muka.
Pujian demi pujian yang dilontarkan lawan jenis akan semakin membuat hati berbunga-bunga. Dan perasaan inilah yang menenggelamkan fakta bahwa sebenarnya Anda adalah seorang suami atau seorang istri yang masih memiliki pasangan di dunia nyata.
Namun dalam dunia medis, jika puber kedua tidak ada maka yang ada adalah krisis paruh baya atau midlife crisis. Kondisi ini terjadi karena dipengaruhi oleh faktor emosional, perubahan fisik dan mental yang menjadi bagian alami dari proses penuaan.
Kondisi puber kedua memang cukup sulit dihindari, namun tetap dapat diatasi dengan mengalihkannya kepada aktivitas lain, seperti lebih rajin beribadah, rutin berolah raga, menjaga kualitas tidur dan lebih sering berquality time dengan keluarga.(*)
_________________________
Sumber rujukan :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pubertas
https://www.klikdokter.com/info-sehat/reproduksi/pubertas-kedua-pada-pria-mitos-atau-fakta
https://www.orami.co.id/magazine/tips-untuk-bersiap-menghadapi-puber-kedua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H