Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sehari untuk Selamanya

29 Februari 2024   19:15 Diperbarui: 29 Februari 2024   19:18 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pexels.com

Sudah empat tahun ini Alan dan Dania berteman baik, sejak perusahaan tempat Alan bekerja menjalin kerjasama dengan perusahaan yang mempekerjakan Dania.

Tentu saja awalnya hanya seputar pekerjaan yang mereka perbincangkan, meski sesekali terselip kalimat candaan di dalamnya. Lama-kelamaan, keduanya merasa klop juga dan dapat saling mengerti. Maka tak heran, jika hubungan baik itu masih terjaga hingga kini.

Terlepas dari pekerjaan, sesekali keduanya nongkrong bareng di kafe. Mereka juga sudah saling percaya. Bahkan Alan tak segan memberitahu pada Dania perihal satu rahasia kecil yang ia simpan selama ini. Yaitu tentang perasaannya kepada Amanda, teman Alan semasa kuliah dulu.

Baca juga: Hanya Kau Seorang

Alan mengatakan bahwa dirinya sudah sejak lama menyukai Amanda. Namun, Alan merasa kalau dirinya tidak dianggap spesial oleh Amanda. Padahal Alan sudah sering memberikan perhatian lebih kepada wanita itu. Mungkin Amanda tidak peka atau memang ia tidak punya perasaan apapun kepada Alan. Selain hanya sebatas teman. Maka itu, Alan tak pernah berani terang-terangan menyatakan perasaannya di hadapan Amanda.

Dan sayangnya selama ini Alan juga tidak menyadari, bahwa setiap kali dirinya membahas tentang Amanda di hadapan Dania, wajah ceria wanita itu sekejap redup dan tenggelam. Alan tak pernah tahu bahwa sesungguhnya Dania terluka. Jika Amanda adalah rahasia bagi Alan, maka Alan adalah rahasia bagi Dania.

"Oya Dan, sekarang si Amanda udah mulai beda lho ke gue."

"Beda gimana?"

"Dia lebih banyak ngobrol. Biasanya kan, kalau gue tanya apa-apa jawabnya singkat. Terkesan ngga mau diganggu. Tapi sekarang, dia selalu balik tanya. Terus... banyak cerita juga soal kerjaannya."

Dania menghela nafas, ia hanya dapat berkata, "Oh... Bagus dong!"

Tampaknya suasana hati Dania mulai tak dapat dikendalikan. Rasanya sedih, kesal dan yang pasti sangat cemburu. Ia takut tak dapat lagi menyembunyikan perasaannya di hadapan Alan, maka Dania menyudahi saja pertemuan mereka di Minggu sore itu. Dengan alasan yang dibuat-buat, Dania pamit lebih dulu meninggalkan Alan yang masih duduk dengan setengah gelas ice cappucinonya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun