Awan lambat-lambat berarak
Bersama rintik gerimis dan wangi tanah
Sekompi burung gereja bermigrasi
sambil riuh berkicau seakan pamit
tersisa sendu mewarnai sore
Namun sendu kali ini tak seberapa
masih ada kau yang paling mahir
mencipta sendu-sendu bercampur madu
sekaligus kubangan rindu abadi
yang dibungkus dengan aroma kepolosan
Meski itu adanya, kau tetap saja kau
singgasana tak kan berpindah tangan
Bogor, Februari 2024
bersama kopi pagi
Baca juga: Cerpen: Ku Tunggu Kau di Gerbang Sekolah
Baca juga: Pasar Malam yang Benar-benar Merakyat
Baca juga: Kuncian Hati
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!