Laura terduduk lesu, menangis di samping pusaranya. Gadis itu masih tidak dapat menerima kenyataan bahwa kini dirinya telah terbaring di dalam sana. Laura belum ingin mati. Masih banyak hal yang ingin dilakukannya di dunia.
Sesosok lelaki bertongkat dengan tampilan serba hitam, melangkah kian mendekat padanya. Dengan sopan lelaki itu pun melepas topinya sambil sedikit membungkuk dan mulai menyapa.
"Permisi Nona."
Tentu saja Laura terkejut, ia pun mendongak menatap wajah lembut lelaki itu. "Kamu malaikat?"
"Bukan, Nona." seraya menggeleng dan tersenyum, "Saya hanya utusan dari penguasa alam. Saya diutus untuk menghentikan air mata Anda."
"Aku belum mau mati, Paman."
"Saya tahu, Nona. Tapi menyelamatkan laki-laki itu sudah menjadi pilihan Anda. Harusnya Anda memikirkan akibatnya sebelum melakukan itu."
"Aku cuma ingin menolongnya. Sekalipun dia bukan laki-laki yang ku sukai. Siapapun yang ada di posisi itu, aku pasti akan menolongnya."
"Hmm... Saya tahu, Nona. Anda memang selalu peduli pada orang lain. Bahkan Anda tidak memikirkan keselamatan Anda sendiri."
"Paman, bisakah aku bertemu dengannya? Aku ingin melihat Rey dan juga keluargaku untuk terakhir kalinya. Bisakah aku berada di dekat mereka sampai aku bisa menerima keadaanku sekarang?"