Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Memulai Kata

29 Januari 2024   22:10 Diperbarui: 1 Februari 2024   00:15 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Obrolan di tepi pantai. (sumber: Pixabay/DaveMeier)

Remaja laki-laki yang sedang duduk seorang diri di meja pojok kantin kampus itu bernama Bara. Mahasiswa semester empat jurusan teknik informatika. Ditemani secangkir kopi hitam, sedari tadi ia hanya bolak-balik menscroll halaman artikel dalam layar ponselnya.

"BARA !!!" seru seorang kawan, menghampiri dan menepuk pundaknya dari belakang.

"Astaga Fatan..."

"Hahaha. Kusut amat muka lo. Ada masalah? Cerita lah..!"

"Ngga. Lagi bosen aja."

"Masih ada kelas ngga? Ikut gue balik aja yuk!"

"Ngga ada sih. Di rumah lo rame ya? Malu ah gue."

"Hahaha. Malu apaan sih. Ada nenek gue doang. Masih gini hari. Ayo sih, katanya mau ke tempat gue tapi ngga jadi-jadi."

Bara mengiyakan saja ajakan Fatan. Keduanya beranjak meninggalkan kampus menuju rumah Fatan dengan motornya masing-masing. Meski berbeda fakultas, keduanya seumuran dan berteman sejak perkenalan pertama mereka pada masa ospek.

Fatan lantas mengenalkan Bara kepada neneknya ketika mereka telah sampai di rumah Fatan. Nenek Fatan menyambut Bara dengan sangat ramah. Beliau menemani Bara berbincang di ruang tamu sementara Fatan sedang ke dapur, mengambil suguhan untuk kawannya itu.

Hingga tak sengaja kedua mata Bara menangkap keberadaan sebuah foto seorang lelaki dengan pakaian wisuda, terpampang dalam bingkai di atas meja marmer di sudut sana. 

Membuat Bara kehilangan fokus dalam obrolannya bersama nenek Fatan. Namun remaja itu tak berani bertanya tentang apa yang mengganggu pikirannya.

Akhirnya Fatan muncul juga, menggantikan neneknya yang beranjak. Mempersilahkan keduanya berbincang santai. Fatan juga membawakan sebuah gitar akustik ke pangkuan Bara, ia ingin Bara menunjukkan kebolehannya memetik gitar. Namun sebelum itu, Bara bertanya tentang foto itu.

"Itu... foto bokap lo ya Tan?"

Fatan pun menoleh ke arah yang ditunjukkan Bara. "Bukan. Itu om gue. Adiknya nyokap."

"Ini, lihat deh!" seraya memegang ponselnya untuk menunjukkan sesuatu kepada Fatan. "Mirip ngga sih?"

"Lho. Kok lo bisa bisa punya foto ini Bar? Ini ya om gue. Orang yang sama kayak di foto wisuda itu. Nenek gue juga punya foto yang ini."

"Kata nyokap, ini foto bokap gue Tan... Namanya Kris bukan?"

"Hah? Serius lo???"

Setelah menjawab pertanyaan Fatan, Bara kemudian melanjutkannya dengan bercerita sedikit tentang latar belakangnya. Dan hal itu semakin membuat Fatan penasaran. Apa benar semua yang diceritakan oleh Bara?

Malam hari yang ditunggu Fatan akhirnya tiba. Ketika sang paman terlihat sudah lebih santai, ia beranikan diri untuk bertanya di sela-sela perbincangan hangat mereka.

"Om Kris, Fatan mau tanya sesuatu. Tapi, jangan marah ya Om.."

"Hmm, apa Tan?"

"Om pernah punya anak, sama perempuan yang namanya Ratna ya?"

Sekejap pria itu menoleh terkejut kepada Fatan. Diam sekian detik sebelum menjawabnya. "Kamu tau dari mana?"

"Bara. Teman kuliah Fatan. Tadi siang dia main ke sini. Pas dia lihat foto wisuda Om, dia tanya sama Fatan. Ya, Fatan bilang itu foto Om Kris, adik mama."

"Terus dia bilang apa aja sama kamu?"

"Dia tunjukin foto Om di handphonenya. Terus cerita sedikit."

Om Kris terdiam kembali untuk sesaat dan kemudian menghela nafas. "Iya Tan, Bara anak Om. Om udah nyakitin mamanya, ninggalin dia dan Bara. Tapi kamu tau alasannya?"

"Hmm, waktu itu Om sama tante Ratna masih muda banget, belum pantes punya anak dan nenek pingin Om tinggalin mereka buat fokus ke kuliah. Bener ngga?"

"Iya. Itu bener Fatan. Tapi waktu usia Bara lima tahun, Om pernah coba temui mereka. Sayangnya, Ratna ngga mau nemuin Om."

"Berarti sampai sekarang, Om belum pernah lihat Bara?"

"Pernah, Om pernah curi-curi waktu beberapa kali ke sekolahnya. Lihat dia dari jauh. Om terlalu pengecut untuk temui dia langsung."

Kini Om Kris tak ragu lagi, beliau meminta kepada Fatan untuk mempertemukan dirinya dan Bara. Hingga tibalah dua hari kemudian, rencana yang diatur oleh Fatan dapat berjalan lancar. 

Saat ini yang tampak dalam pandangan Fatan adalah pemandangan seorang ayah dan anak laki-lakinya yang duduk berhadapan dalam satu meja namun saling terdiam. Seolah keduanya tak mampu untuk saling memulai kata.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun