Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Berpisah dan Kembali di Desember

26 Januari 2024   15:42 Diperbarui: 27 Januari 2024   15:58 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://www.busurnusa.com/ragam/amp/93711370474/5-hal-yang-perlu-diperhatikan-saat-membeli-payung-untuk-musim-hujan?page=2

Sampai tiba saatnya dewa dewi cinta memihak kepada mereka. Awalnya berat bagi Diana untuk melupakan Haris dan menerima Edi sepenuhnya, namun akhirnya Diana mengalah pada takdir. Ia putuskan menerima Edi menjadi suaminya. Edi telah menikahi cinta pertamanya. Sungguh, sejuta rasa yang tak sanggup dilukiskannya dalam anyaman kata.

Satu hari di bulan Desember, Edi membawa Diana untuk berkenalan dengan seorang bibinya, sepupu dari ibunda Edi. Mereka pun berangkat mengunjungi kediaman bibi Edi yang bernama tante Rita.

Di kejauhan sana, tante Rita telah menunggu kehadiran mereka. Tak sendiri, tante Rita duduk manis di ruang tamunya ditemani oleh seorang anak lelaki dan menantunya.

Rasa gelisah yang mendera dalam diri Diana saat di perjalanan tadi akhirnya terjawab. Kini ada Diana dan Haris yang hanya dapat saling menatap. Seolah sudah saling bicara sebelumnya, keduanya memilih diam, kompak menutupi fakta bahwa keduanya pernah saling mengenal. Bahkan cinta pernah menghampiri ruang dalam hati Diana selama bertahun-tahun, mendamba Haris kembali untuknya.

Hujan di bulan Desember bertahun-tahun lalu yang membawa Haris pergi, kini datang membawa Haris kembali ke hadapan Diana. Meski kini keduanya telah memiliki pendamping masing-masing. Namun sorot kedua mata Haris tak dapat menipu. Lelaki itu telah lama memendam rindu kepada Diana. Sesekali ia pun menunduk, masih berusaha menutupi kerinduan yang tergambar di bola matanya. Begitupun Diana, yang tak kalah bekerja keras mengendalikan kecamuk dalam dadanya.

Ketika Edi dan Diana pamit untuk pulang, sebuah pemandangan haru terlihat di halaman rumah tante Rita sore itu.

"Boleh, saya peluk tante?" tanya Diana memandang saksama wajah tante Rita yang tampak telah menua.

Beliau mengangguk, "Boleh." ucapnya dibarengi senyuman sekaligus meraih tubuh Diana yang berdiri di hadapannya.

Dalam pelukan itu, setengah mati Diana menahan tangis dan sesaknya. Inilah wanita yang selalu ingin dikenalnya. Wanita yang melahirkan lelaki yang sangat disukainya. Ingin rasanya untuk berkata jujur. Namun apa daya, inilah takdir mereka. Diana dan Haris menutup rapat masa lalu demi menghormati perasaan segelintir orang di sekitar mereka.
***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun