Mohon tunggu...
Novianti TriutamiNingtyas
Novianti TriutamiNingtyas Mohon Tunggu... Editor - Novianti
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunci kesuksesan adalah bersungguh-sungguh, usaha, do'a, dan restu orang tua

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Perennialisme beserta Pemikiran Para Tokohnya

22 Mei 2020   08:00 Diperbarui: 22 Mei 2020   08:18 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hallo ! Kembali lagi dengan saya. Tentunya masih dalam topik yang sama yaitu Filsafat Pendidikan, namun dalam judul yang berbeda. Baik, Dalam artikel kali ini saya akan menshare sedikit tentang Filsafat Pendidikan Perennialisme serta Pemikiran Tokoh-Tokohnya. Langsung saja kita simak pembahasannya lebih lanjut.


A. Pengertian Filsafat Pendidikan Perennialisme
Perennialisme berasal dari kata perenial yang berarti abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada akhir. Sedangkan kata isme yang berarti aliran. atau madzhab. Dengan demikian esensi kepercayaan perennial berpegang pada nilai atau norma-norma yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil analogi realitas sosial budaya manusia. Dapat dikatakan bahwa tradisi dipandang juga sebagai prinsip-prinsip yang abadi yang akan terus mengalir sepanjang sejarah manusia. 

Karena, hal ini adalah anugrah Tuhan pada semua manusia dan merupakan hakikat insaniyah manusia. Aliran Perennialisme beranggapan bahwa pendidikan harus didasari oleh nilai-nilai kultural masa lampau. Oleh karena itu, kehidupan modern saat ini banyak menimbulkan krisis dalam banyak bidang. Aliran ini dapat dikenal lebih mudah, karena Ia memiliki ciri khas diantaranya :
1. Bahwa perennialisme mengambil jalan refresif yaitu kembali kepada nilai dan prinsip dasar yang menjiwai pendidikan pada masa Yunani kuno dan abad pertengahan
2. Perennialisme beranggapan bahwa realita itu mengandung tujuan
3. Perennialisme beranggapan bahwa belajar adalah latihan dan kedisplinan
4. Perennialisme beranggapan bahwa kenyataan tertinggi itu berada di balik alam, penuh kedamaian dan transendental.

Aliran ini menginginkan zaman lampau atau terdahulu harus tetap dipertahankan dan diabadikan. Sebab, zaman modern banyak membawa kerusakan pada manusia. Mereka juga beranggapan bahwa zaman modern ini suatu zaman yang sakit. Karena, mengakibatkan banyak krisis diberbagai bidang baik tingkah laku manusia, kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan budaya mereka yang terdahulu. Oleh karena itu, aliran ini berinisiatif agar kembali kepada budaya lama dan ideal. Karena budaya tersebut sesuai dengan prinsip hidup mereka.

Filsafat Pendidikan Perennialisme lahir pada abad ke-20. Perennialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.aliran Perennialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan pada sesuatu yang baru. Perennialisme memandang situasi dunia ini penuh dengan kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio-kultural. solusi yang ditawarkan kaum perennialis adalah dengan jalan mundur kebelakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai dan prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kokoh/kuat pada zaman pertengahan. Oleh karena itu perennialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.

B. Pemikiran Tokoh-Tokoh Filsafat Pendidikan Perennialisme

1. Robert Maynard Hutchins

Ia adalah seorang tokoh filsafat pendidikan yang berasal dari Amerika. Pada usia 30 tahun ia pernah menjabat sebagai seorang presiden termuda di Universitas Chicago. Dan merupakan juru bicara dalam aliran perennialisme. Ia beranggapan bahwa pendidikan harus menumbuhkan kecerdasan dan pengembangan. 

Jadi tujuan pendidikan harus mengembangkan kekuatan pemikirannya. Karena, menurutnya pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang selalu mengembangkan daya intelektual dari dalam diri manusia itu sendiri. Ia juga mempercayai cara mengembangkan daya intelektual manusia dengan membaca dan membahas buku pengetahuan. Ia menekankan bahwa pendidikan harus bersifat universal. Karena, pada hakikatnya manusia adalah menyeluruh.

Ia mengemukakan bahwa pendidikan itu mengimplementasikan pengajaran dan pengajaran mengimplementasikan pengetahuan. 

2. Ortimer Adler (1902-2001)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun