Budidaya komoditas pertanian, seperti cabai, menjadi sektor penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh masyarakat. Namun, selalu ditemukan hambatan yang menurunkan kualitas dan kuantitas hasil produksi. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan hasil produksi pada tanaman cabai adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) berupa hama, patogen, dan gulma. Setiap musim tanam, penyakit utama yang sering ditemukan pada tanaman cabai adalah penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum spp.
Penyakit ini dapat mengakibatkan penurunan hasil sampai 50 persen lebih dan dapat terjadi sejak tanaman di lapangan sampai tanaman dipanen. Pengendalian penyakit antraknosa umumnya masih menggunakan pestisida kimia karena dianggap lebih mudah dan efektif. Namun, penggunaan pestisida kimia dalam jangka waktu yang panjang akan memberikan dampak negatif bagi lingkungan maupun manusia. Oleh karena itu, diperlukan usaha pengendalian secara hayati yang dapat dilakukan untuk mengurangi residu terhadap penggunaan pestisida kimia.
Trichoderma, sp merupakan cendawan (fungi) yang termasuk dalam kelas ascomycetes, dimana Trichoderma, sp banyak ditemukan di dalam tanah hutan maupun tanah pertanian atau pada tunggul kayu. Trichoderma sp. adalah jamur antagonis yang dapat digunakan sebagai pengendali hayati penyakit antraknosa pada tanaman. Trichoderma sp. dapat mengendalikan penyakit antraknosa karena sifatnya yang hiperparasit dan aktivitas selulotiknya.
Alat dan Bahan Membuat Trichoderma
Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat starter Trichoderma dari rumpun bambu, yaitu:
Wadah bersih
Nasi dingin 1 -2 mangkuk (ukuran dapat disesuaikan dengan kebutuhan)
Bambu 3 ruas (lebih bagus yang baru ditebang)
Tali/karet untuk pengikat
Kain bersih
Sendok bersih