Mohon tunggu...
Putra
Putra Mohon Tunggu... Freelancer - Orang Indonesia, lahir dan besar di Palembang

Penulis lepas yang tertarik dengan isu-isu seputar politik, keamanan, dan luar negeri.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tuan Guru Bajang yang Kompeten, Muda, Santun, dan Hafiz Qur'an

3 April 2018   08:30 Diperbarui: 3 April 2018   08:35 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia saat ini tengah berada dalam masa keemasan, disadari atau tidak. Ditengah isu-isu hoax yang tengah panas-panasnya mewarnai perpolitikan bangsa dan negara, ada satu hal positif yang dapat membawa kemajuan bagi negara yang kita cintai ini, yakni munculnya tokoh-tokoh politik muda ke permukaan. Bukan hanya sekedar muda, tokoh-tokoh ini memiliki kapabilitas sangat mumpuni yang dibuktikan oleh prestasi yang mereka ukir.

Beberapa diantaranya adalah Ridwan Kamil (46 tahun, kelahiran 1971, walikota Bandung, Cagub Jabar), Emil Dardak (33 tahun, kelahiran 1984, Bupati Trenggalek, Cawagub Jatim), dan Tuan Guru Bajang (TGB) Muhmmad Zainul Majdi (45 tahun, kelahiran 1972, Gubernur NTB 2 periode). Tokoh-tokoh diatas selain muda terbukti membawa perubahan positif di daerah yang mereka pimpin.

Namun pada tulisan ini, saya hanya akan memfokuskan pada TGB M. Zainul Majdi.

Lahir di Pancor, Selong, 31 Mei 1972, beliau merupakan anak dari HM. Djalaluddin dan Rauhun Zainuddin Abdul Madjid, beliau juga cucu dari TGH. M. Zainuddin Abdul Madjid (Tuan Guru Pancor), pendiri organisasi Islam terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan (NW) dan pendiri Pesantren Darun-Nahdlatain.

TGB menyelesaikan pendidikan S1 di Univ. Al-Azhar, Kairo pada 1996 dengan gelar Lc. dan lima tahun berselang, beliau meraih gelar Master of Art di almamater yang sama dengan gelar Jayyid Jiddan. Pada 2011, beliau meraih gelar Doktor dengan predikat Martabah EL-Syaraf El Ula Ma`a Haqqutba atau Summa Cumlaude di Universitas dan jurusan yang sama. Beliau juga merupakan penghafal Al-Qur'an 30 juz.

Beliau menjadi gubernur termuda di Indonesia saat terpilih tahun 2008 lalu dalam usia 36 tahun, sebelumnya, beliau juga menjadi anggota DPR-RI pada usia 31 tahun. Selama menjadi gubernur NTB, banyak prestasi yang beliau ukir. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah penurunan angka kemiskinan di provinsi tersebut.

Angka kemiskinan turun signifikan dari 24,99 persen pada 2008 menjadi 16,02 persen pada akhir 2016 atau 1,12 persen per tahun. Sebagai perbandingan, pengurangan angka kemiskinan nasional sebesar 1 persen membutuhkan waktu lebih dari lima tahun. Angka gini ratio atau ketimpangan di Nusa Tenggara Barat pun lebih baik dibanding nasional, yaitu 0,36 banding 0,40.

Keberhasilan itu mengukuhkan posisi NTB sebagai provinsi paling progresif mengurangi angka kemiskinan secara nasional. Pemerintah provinsi juga berhasil meraih penghargaan Millennium Development Goals (MDGs) dan predikat Top Mover pada 2015. Berkat keberhasilan itu TGB diundang khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memaparkan testimoninya tentang penurunan angka kemiskinan yang tajam di Nusa Tenggara Barat dalam sidang umum PBB di New York, Amerika Serikat, pada September 2015.

Selain kemiskinan, masalah produksi padi pun mendapat kredit khusus di masa pemerintahan TGB. Pada periode 2010-2015, produksi padi NTB meningkat 36.72% dari 1.77 juta menjadi 2,42 juta ton. Luas panen meningkat 41.16 % dari 331.9 ribu menjadi 468.5 ribu ha. Produktivitas meningkat 9.07% dari 4.74 menjadi 5.17 ton GKP/ha. Dalam 10 tahun terakhir, NTB selalu masuk 5 besar pemasok pangan nasional. Produksi NTB di 2017 lalu surplus, sebanyak 21.000 ton beras. NTB pun berhasil mengirim beras ke Bali dan NTT.

Disamping prestasinya sebagai Gubernur, TGB juga sangat santun dan pemaaf. Sudah ada sedikitnya dua kasus yang merugikan TGB, namun semuanya dimaafkan oleh beliau. Tanpa bermaksud membuka luka lama, kasus tersebut yakni penghinaan WNI keturunan Tionghoa kepada TGB ketika berada di Singapura. WNI tersebut bahkan mengeluarkan kata-kata yang berpotensi semakin memecah belah bangsa, namun TGB segera memberi maaf atas kejadian tersebut sehingga hal yang ditakutkan tidak terjadi.

Kasus kedua masih berhubungan dengan kasus pertama, kali ini dilakukan oleh seorang wanita yang mengatakan bahwa kasus pertama merupakan informasi palsu. Setelah menyadari kekeliruannya, sang wanita langsung meminta maaf kepada TGB, dan TGB pun memaafkan bahkan menciptakan suasana kekeluargaan dengan sang wanita.

Dalam beberapa wawancara, TGB juga terlihat sangat tenang dan cerdas dalam menjawab pertanyaan kepada dirinya. Bahkan ketika ditanya apakan beliau tertarik maju menjadi presiden, beliau menjawab dengan tenang 'Saya tidak pernah memimpikan sebuah jabatan, ini Allah SWT yang menentukan dan sejarah yang mengarahkan'.

Masyarakat Indonesia seharusnya tidak pesimis dengan kondisi bangsa dan negara di masa depan, bahkan sebenarnya kondisi kita akan jauh lebih baik. Politisi-politisi muda dan berkualitas serta amanah seperti TGB mulai bermunculan, InsyaAllah Indonesia akan jauh lebih maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun