Semua negara pasti satu pemahaman bahwa salah satu ancaman terbesar bagi keamanan global milenia ini adalah terorisme, utamanya yang dilakukan oleh kelompok Islam garis keras. Teroris yang biasa disebut ‘Islamist Radical’ atau Islamist Terrorism’ ini telah mempersatukan banyak bangsa dibawah payung keamanan regional maupun global yang inisiasinya diawali oleh Amerika Serikat pasca 9/11.
Sebut saja aliansi anti-teror yang didirikan oleh Arab Saudi dan sekutunya, atau koalisi yang dipimpin AS dalam menetralisir ISIS, hingga koalisi ‘komunis-syiah’ a’la Russia-Iran-Suriah. Meskipun negara-negara tersebut memiliki latar belakang berbeda, namun tujuan mereka sama –mencegah aksi terror meluas di tataran global maupun regionalnya masing-masing.
Komitmen AS dalam memberantas terorisme tidak dapat diragukan lagi. AS sampai sudi bahkan bahagia menempatkan pasukan terlatihnya di kawasan pusat teroris –Timur Tengah dan menganggarkan APBN-nya bagi kemanan negara lain yang bahkan tidak memberi keuntungan bagi mereka. Bayangkan saja, menurut Gordon Adams, ahli budget keamanan nasional AS mengestimasi anggaran negeri Paman Sam dalam upaya kontra terror sekitar 100 miliar USD per tahun. Sedangkan menurut ThinkByNumbers.org, estimasinya jauh lebih tinggi, yakni 150 miliar USD, belum termasuk 200 miliar USD bagi perang Afghanistan dan Invasi ke Irak.
Namun ada data lucu, menarik, menggelitik, atau ironis (terserah anda mau menyebutnya) terkait mega anggaran tersebut. Here we go,kematian akibat serangan teroris Islam di AS sejak 9/11 adalah 6 korban per tahunnya (menurut data John Mueller, NationaInterest.org). Cukup banyak memang, namun ternyata kasus pembunuhan oleh petir lebih tinggi, sekitar 30 per tahun, pembunuhan oleh Rusa bahkan jauh lebih tinggi, yakni sekitar 200 jiwa per tahun, yang sangat mencengangkan, seseorang yang bersantai di bathtub(tempat berendamnya atau mandinya bule AS) 66,6 kali lebih beresiko mati dibanding serangan teroris, dengan jumlah kematian hingga 400 per tahun. (Think by Numbers)
Data diatas mungkin dapat dibantah dengan argument ‘angka kematian akibat teroris yang kecil tersebut merupakan kesuksesan dari operasi ante-teror internasional yang dibiayai AS’. Mungkin benar, mungkin juga tidak, seperti yang dikatakan oleh Brian Jenkins (peneliti di RAND –sebuah think tankdi AS), Ia mengatakan bahwa aksi teroris yang dilakukan atau berhasil di cegah oleh otoritas AS sangat kecil jumlahnya, determinasinya lemah, dan miskin kompetensi untuk meningkatkan angka kematian akibat aksi tersebut.
Tulisan ini bukan bermaksud meng-undermine atau merendahkan ancaman dari terorisme, namun anggaran yang dikeluarkan oleh AS tidak proporsional atau sebanding dengan urgensi yang nyata. Mungkin akan lebih bijak bagi AS apabila mereka menganggarkan dana yang lebih besar bagi research untuk mengobati penyakit jantung, Kanker, Stroke, Diabetes, dll, sebab penyakit-penyakit tersebut membunuh lebih dari satu juta warga AS per tahun. Lebih bijak ketimbang menghabiskan dana untung nge-bomnegeri orang atas dasar ‘war on terror’.
Referensi : Why Obama Wont Let Tell The Truth about Terrorism Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H