Mohon tunggu...
Noviana Syahban
Noviana Syahban Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Membuka Ruang Reproduksi Sosial: Michael W. Apple

23 Mei 2022   01:52 Diperbarui: 23 Mei 2022   02:03 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut Michael W. Apple ini merupakan kesenjangan yang berlangsung di sekolah melalui kurikulum. Bagi Apple, kurikulum merujuk pada reproduksi ekonomi, politik, kultural, dan ideologis. Dalam perbedaan keunggulan penggunaan teknologi pun disebut Apple sebagai politik teknologi. Fenomena ini menjadi strategi untuk mempertahankan mobilisasi kelas menengah.

Apple menjelaskan bahwasanya pengaruh politik dan ekonomi akan membawa sekolah melegitimasi kebudayaan kelompok dominan. Sekolah bukan hanya mengatur perilaku tetapi juga mengendalikan makna dari produksi pengetahuan yang terdapat dalam kurikulum. 

Dimana pengendalian ini dilakukan oleh kelompok dominan yang dilestarikan dan didistribusi dalam pendidikan formal. Sehingga yang terjadi adalah peserta didik dan individu lain di sekolah mengikuti pengetahuan dari kelompok dominan tersebut. Ini menunjukan adanya kekuasaan yang terjadi di sekolah dan menimbulkan kesenjangan dalam pendidikan. 

Perbedaan di sekolah formal misalnya, sekolah elite memiliki guru-guru pilihan yang lulusannya dari universitas ternama, memiliki fasilitas yang memadai, dan bahkan terdapat ekstrakulikuler yang tidak ada di sekolah biasa-biasa saja. Sistem dominan yang mendukung akan membentuk perilaku peserta didik dalam proses belajar.

Di luar dari pendidikan formal yaitu nonformal yang lebih menambah nilai dominasi dalam kurikulum. Pendidikan non formal menjadi solusi kaum menengah keatas untuk tetap mendapatkan pengetahuan dengan maksiaml meski di masa pandemi. Pendidikan non formal pada bimbingan belajar online seperti adanya ruang guru, zenius, quipper, dan lain sebagainya. Bimbel-bimbel semacam itu dapat menyediakan pembelajaran melalui virtual bagi guru dan peserta didik. 

Bimbel tersebut pun memiliki bank soal yang dapat membantu peserta didik untuk mengenal dan berlatih macan-macam soal. Selain itu, pembahasan materi dilengkapi oleh gambar atau video yang mempermudah pelanggan untuk memahami materi. Kurikulum dalam bimbel tersebut pun mengikuti kurikulum yang ada. Tentunya bimbel ini hadir tidak secara gratis dan tidak semua mampu untuk menjadi konsumen.

Hal seperti itulah yang menurut Apple akhirnya kurikulum mereproduksi kesenjangan sosial dalam pendidikan. Apple menjelaskan bagaimana kontestasi yang terjadi di sekolah ataupun di luar sekolah dengan mengaitkan relasi antara kurikulum, kapital, dan reproduksi sosial. 

Karena latar belakang ekonomi membuat bimbel berbayar dengan segala keunggulannya tidak dapat dijangkau oleh masyarakat dengan ekomoni rendah. Kontestasi yang terjadi tidak bisa terhindarkan, bagi peserta didik yang menambah jam belajarnya dengan mengikuti bimbel akan memiliki banyak peluang untuk mencapai masa depan yang cerah. 

Terlebih lagi saat ujian, mereka diberikan begitu banyak contoh soal beserta trik untuk mengerjakan dengan cepat. Lebih dari itu, mereka memiliki banyak relasi dengan latar belakang yang sama untuk akhirnya bisa masuk ke sekolah favorit. Dengan begitu reproduksi sosial yang dinyatakan Apple sangat mencerminkan keberjalanan kurikulum pendidikan.

Kesimpulan 

Kurikulum bukan hanya membentuk perilaku tetapi juga bentuk makna dari adanya kelompok dominan. Kurikulum yang terlaksana mereproduksi ekonomi, kapitalis, dan kulturan. Hal itu dilakukan sebagai strategi melestarikan kelompok dominan untuk diikuti secara wajar dalam pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun