Mohon tunggu...
Noviana Nitami
Noviana Nitami Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku menulis maka aku ada | Say No To Plagiarism | Be a writer and teacher :D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berprasangka Baik atau Diam?

21 Oktober 2014   22:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:13 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Manusia merupakan makhluk sosial"

Pernyataan tersebut sudah sering kita dengar bahkan semenjak mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar, kalimat tersebut sudah digaung-gaungkan oleh guru kita. Lalu, apakah yang dibutuhkan oleh penyandang predikat "makhluk sosial" ini untuk tetap melangsungan hidup?

Jawabannya banyak. Jawaban yang paling familiar di benak kita yakni sandang, pangan, dan papan. Namun ada jawaban yang acap kali luput dari ingatan. Jawaban tersebut yakni "komunikasi". Komunikasi menurut KBBI yakni sebagai pengiriman dan pemerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Ketika manusia ingin mencari pekerjaan, menuntut ilmu, dan memenuhi kebutuhan hidupnya, semua itu memerlukan komunikasi. Begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia. Saat komunikasi yang disampaikan baik, maka peneima komunikasi lebih mudah memahami isinya.

Lalu, apa hubungannya dengan berprasangka baik?

Ketika komunikasi yang dilakukan telah berjalan baik dan lancar, maka dibutuhkan sikap dalam menerima pesan yang dikomunikasikan, salah satunya menerima pesan dengan prasangka yang baik. Memiliki sifat prasangka baik atau yang juga biasa dikenal dengan "husnudzhon" tidaklah merugikan, melainkan sangat menguntungkan.

Pernah suatu kali saya menemukan kasus ketika seorang siswa sedang ditegur oleh gurunya. Ia dianggap bersalah karena telah mengambil spidol di ruang kepala sekolah.

Guru : "Kamu ini lancang sekali, ya! Tidak seharusnya kamu mengambil spidol di ruang kepala sekolah tanpa izin! Di mana sopan santun kamu?"

Tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk berbicara, sang guru terus melontarkan tuduhan serta menasihati siswa tersebut di depan anak-anak lainnya di kelas. Alhasil rona wajah siswa tersebut memerah menahan malu. Mendengar keributan yang terjadi di ruang kelas, kepala sekolah pun menghampiri sumber suara.

Kepala Sekolah : "Ada apa ini?"

Guru : "Ini pak! Siswa ini mengambil spidol baru di ruangan bapak tanpa izin! Dia sangat lancang pak. Tidak punya sopan santun."

Kepala Sekolah : "Lho, memang tadi saya yang menyuruh siswa ini untuk mengambil spidol di ruangan saya."

Apa yang terjadi selanjutnya? Anda boleh menerka-nerka.

Jadi, betapa hebatnya manusia diberi kelebihan oleh Sang Pencipta, tetaplah diperlukan sikap rendah diri. Dari peristiwa di atas, alangkah lebih baiknya ketika seorang guru mendengar alasan dari siswa terlebih dahulu serta memberikan kesempatan untuk berbicara. Apa pun masalahnya, ketika dikomunikasikan dengan baik, tentu akan lebih baik pula hasilnya. Jangan pula menduga-duga lalu mengeluarkan pendapat berdasarkan opini bukan fakta, karena ketika Anda mengetahui fakta yang sebenarnya, maka bisa dipastikan Anda akan malu pada diri sendiri.

Berprasangka baik, atau diam mungkin menjadi alternatif yang baik ketika Anda belum memiliki bukti yang kuat untuk menyatakan sesuatu.

21 Oktober 2014

Penghujung Senja, Kota Belimbing.

@novianann

(Sumber gambar : www.deluxebattery.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun