[caption id="attachment_362714" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber gambar : http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://us.images.detik.com/content/film-assalamualaikum-beijing-tak-sekadar-tawarkan-kisah-cinta&h=500&w=300&tbnid=EiuKeD2V7R9J2M:&zoom"][/caption]
Wah tidak terasa ya sekarang tahun telah bergulir lebih cepat dari yang dirasakan. Hari pertama di tahun 2015 disambut rinai hujan pagi hari membuat para penghuni rumah betah berdiam diri lebih lama. Suasana dingin menjadi salah satu alasannya.
Kamis pertama di tahun baru ini membuat saya ingin melakukan kegiatan yang berbeda dari kebanyakan orang. Ketika banyak yang memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, saya tidak demikian. Saya memutuskan untuk keluar rumah.
Rintik hujan pergi tanpa jejak. Akhirnya saya tiba di salah satu pusat perbelanjaan Kota Belimbing. Bukan untuk berbelanja melainkan ingin menonton.
Langkah gontai karena jarak yang cukup jauh akhirnya mengantarkan untuk menyaksikan film ini lagi. Ya, Assalamualaikum Beijing. Banyak yang bertanya: “Ingin berapa kali menyaksikan film ini?”, “Pasti sudah tahu ya alurnya dengan detail? Kan udah nonton berkali-kali.” Hanya simpul terkembang yang saya berikan, tak lantas menjawab.
Hari ini 1 Januari 2015, saya memang sudah menyaksikan film Assalamualaikum Beijing sebanyak tiga kali kawan. Dua kali pengalaman menontonnya telah diutarakan pada artikel sebelumnya (http://hiburan.kompasiana.com/film/2014/12/31/film-assalamualaikum-beijing-saya-kecewa-berat-699627.html)
Hari ini saya kembali menyaksikannya. Entah lagi-lagi dorongan apa yang membuat ingin menontonnya lagi dan lagi. Kali ini bersama beberapa teman, kami tiba 1 jam sebelum pemutaran pertama. Tahukah kawan? Pemandangan itu lagi-lagi saya temui. “Mengapa masih saja seperti ini?” pikirku kala itu. Pemandangan antrean yang sama, antusias yang sama, orang-orang yang mengabadikan diri di sebuah poster besar film Assalamualaikum Beijing ini. Ah, seperti deja vu. Saya pernah merasakan ini semua. Ya, benar sekali. Pemandangan dan suasana ini seperti saat pertama kali film ini diputar di seluruh bioskop. Luar biasa. Atmosfer yang sama persis.
- Lagi-lagi film ini yang membuat saya harus rela menunggu untuk bisa duduk di bangku barisan tengah. Saat saya ingin membei tiket untuk pemutaran film yang pertama yakni pukul 12.45 WIB, ternyata semua bangku penuh. Hanya tersisa bangku di barisan depan. Alhasil teman saya menyarankan untuk membatalkannya. Oke, saya lagi-lagi harus menunggu dan bersabar hingga pukul 15.00 WIB untuk menyaksikannya. Ah, mengapa bioskop masih saja penuh untuk pemutaran film ini? Padahal ini sudah hari ketiga sejak diputar pertama tanggal 30 Desember 2014.
- Film ini lagi-lagi membuat “candu”, tak ada bosannya. Ingin terus menyaksikannya. Berbagi pelajaran di setiap adegan kepada sesama. Terutama bagi yang belum menonton hehe.
- Lagi-lagi film ini yang membuat saya rela menghabiskan waktu di luar rumah tanpa keuarga, melainkan dengan teman-teman. Demi berbagi hikmah dalam film ini.
- Memang ya, lagi-lagi film ini yang membuat beranda saya penuh dengan celotehan mengenai kebaikan. Penuh dengan testimoni positif. Salah satunya datang dari adik kelas, sebut saja ia NZ. Begini celotehnya setelah membaca artikel saya yang sebelumnya dan ia rela mengambil uang tabungannya demi menonton film Assalamualaikum Beijing ini. “Film yang renyah. Sarat makna tentang perjuangan, kesabaran, sampai hakikat cinta sebenarnya. Akting memukau dari tokoh Ra, dipadu dengan apik oleh lelaki soleh bernama Cung-Cung menambah indah rangkaian film ini. Dua jam dalam hidupku di awal tahun ini telah terisi oleh sejuta makna dari film Assalamualaikum Beijing. Layak ditonton!”
- Ah, lagi-lagi film ini yang membuat orang lain berlinangan air mata karena haru, tak terkecuali juga kedua teman saya yang menyaksikannya.
- Terakhir, lagi-lagi kawan, bersediakah kalian turut serta dalam proyek kebaikan? Bukankah itu sangat baik? Oke, salah satunya dengan mengajak orang yang kamu sayangi untuk menjadi saksi dalam proyek kebaikan ini #Assalamualaikumbeijing.
Tidakkah sebaik-baiknya manusia ialah yang bermanfaat bagi orang lain? Yuk, buat diri kita bermanfaat dengan menyebarkan kebaikan kepada semua orang yang memang belum mengetahuinya #Assalamualaikumbeijing.
Ditunggu jejaknya mengenai film ini ya :)
Gulita pekat, Sudut Kota Belimbing
@novianann
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H