Mohon tunggu...
Novia NandaPertiwi
Novia NandaPertiwi Mohon Tunggu... Sejarawan - Mahasiswa Sejarah UM

Menulis cerita fiksi ataupun non fiksi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Diyangan pleh Masyarakat Dadaprejo Dalam Menghadapi Pagebluk

17 Desember 2022   20:06 Diperbarui: 20 Desember 2022   08:27 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyebaran wabah secara cepat dan menyebabkan kematian adalah sebuah bencana yang tidak diinginkan oleh siapapun. Pagebluk merupakan sebutan yang dikenalkan oleh para orang terdahulu sebagai gambaran dimana terdapat adanya wabah yang menyerang di hampir seluruh negeri dan membuat yang terkena wabah tersebut di sore hari maka pagi harinya akan meninggal.

Covid-19 juga dipercayai oleh Masyarakat Dadaprejo sebagai sebuah wabah yang termasuk dalam Pagebluk, karena di mana saat masyarakat Dadaprejo terinfeksi Covid-19, maka sebagaian besar yang terinfeksi akan meninggal dunia. Hal ini terjadi di tahun 2021, dimana penyebaran Covid-19 sangat tinggi, termasuk di Desa Dadaprejo.

Pada tahun 2021 banyak masyarakat yang meninggal akibat dari pandemi, banyak duka yang dirasakan. Selama lebih dari dua minggu masyarakat Dadaprejo yang meninggal satu hari bisa mencapai tiga korban. Hal ini membuat keresahan dan kesedihan yang mendalam bagi masyarakat. Kehilangan saudara yang selalu bersama merupakan suatu hal yang sangat menyedihakan.

Melihat kondisi yang semakin parah, Masyarakat Desa Dadaprejo memanfaatkan tradisi dari para tetua terdahulu, dengan melakukan tradisi Diyang-diyang atau Diyangan. Diyangan merupakan tradisi bakar-bakar yang dilakukan di halaman rumah masing-masing warga dengan harapan bisa melindungi dari hal jahat dan dari bencana yang mengancam. Tradisi ini dilakukan oleh Masyarakat Dadaprejo terakhir pada bulan Juli 2021 selama kurang lebih dua minggu atau sampai keadaan membaik.

Diyang-diyang merupakan kegiatan membakar dengan bahan arang, serbuk kayu, uyah grosok atau garam kasar, kemenyan serta biji jinten hitam. Bahan-bahan yang digunakan ini merupakan resep dari para penduduk di Dadaprejo terdahulu saat menghadapi wabah yang mematikan. Sehingga tradisi ini terus dilakukan dari generasi ke generasi hingga saat ini.

Masyarakat meyakini bahwa tradisi yang mereka lakukan ini dapat membuat suasana sedikit membaik sekaligus sebagai cara masyarakat Dadaprejo melestarikan tradisi yang ada agar tetap terjaga dan terus diwariskan secara turun-temurun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun