Mohon tunggu...
Novia Lisma nanda
Novia Lisma nanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

hobi berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Anak Broken Home dalam Keluarga

24 Mei 2023   20:52 Diperbarui: 24 Mei 2023   21:09 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, kita banyak menemui remaja yang cenderung mudah terkena depresi atau frustasi karena berbagai faktor. Entah itu masalah pribadi, ataupun masalah lingkungan. Salah satu faktor yang sering menjadi latar belakang penyebab remaja depresi adalah faktor orang tua. Baca juga tentang Pengaruh Musik Terhadap Emosi Remaja

Kebanyakan orang tua yang mengalami perceraian menjadikan sang remaja menjadi anak broken home, atau dikenal dengan anak dari keluarga tidak harmonis.

Sebutan ini, secara tidak langsung berdampak terhadap kondisi psikologi anak yang takut akan sebutan dari orang lain kepada dirinya. Disisi lain, remaja merupakan fase kritis dimana ia sedang berada di dalam peralihan dari seorang anak menuju dewasa. Dan di masa peralihan, remaja akan mencari jati dirinya seiring dengan perkembangan baik fisik maupun psikisnya. Baca juga tentang Pengaruh Gaya Hidup Modern Terhadap Diri Sendiri

Dalam menjalani proses ini, remaja membutuhkan dukungan dan perhatian dari orang -- orang yang dicintai dan mencintainya. Remaja membutuhkan saran, pembenaran atau kesalahan, serta perlindungan atas tindakan -- tindakan yang ia lakukan.

Melihat kondisi diatas, orang tua lah yang berperan penting dan atau sebagai faktor utama keberhasilan seorang anak mengatasi fase peralihannya untuk menjadi seorang dewasa yang sebenarnya. Orang tua akan selalu dianggap sebagai panutan seorang anak dalam perkembangan psikisnya. Baca juga tentang  Pengaruh Perkembangan Fisik Remaja dalam Proses Belajar

Apabila orang tua selalu sering berpendapat dan atau berdebat lalu menghasilkan kesalah pahaman serta menjadikan suasana rumah tangga tidak harmonis, sang anak akan tertekan dan bingung harus mengerti sisi yang mana. Sementara dia sendiri sudah penuh dengan masalah-masalah remaja yang sedang ia alami.

Terlebih, apabila orang tua tidak pernah menganggap masalah yang remaja alami sebagai masalah "sebenarnya" dan cenderung apatis, sang anak akan terbiasa memendam masalah tersebut atau malah mengalihkannya ke arah-arah yang negatif. Baca juga tentang Pengaruh Budaya Dalam Perkembangan Remaja

Setelah sang anak memilih untuk mengalihnya ke arah yang negatif karena orang tua tidak lagi dianggapnya bisa membantu menyelesaikan permasalahannya, faktor lingkungan lah yang menjadi alter ego remaja. Dalam kondisi labil, bukan tidak mungkin remaja akan terjerumus ke pergaulan yang negatif akibat kurangnya perhatian serta dukungan orang tua atas apa yang sedang ia alami saat ini.

Pengertian Broken Home dari psychologydictionary.org, broken home adalah sistem dalam rumah tangga orang tua tunggal. Kondisi broken home terjadi karena kondisi keluarga tidak lagi utuh karena perceraian atau salah satu orang tua meninggal. Selain itu, kondisi broken home bisa timbul karena keluarga mengalami konflik, pengabaian, hingga perilaku buruk. Keluarga yang mengalami konflik disebut keluarga disfungsional yang menyebabkan gangguan emosional pada anggota keluarga di dalamnya. Dampak broken home dan keluarga disfungsional mengakibatkan penelantaran hingga pelecehan anak.

Ciri-Ciri Broken Home Ada 9 ciri-ciri anak broken home dan mengalami keluarga disfungsional. Ciri ini dialami oleh anak semasa kecil hingga tumbuh menjadi dewasa. Berikut

1. ciri-ciri broken home mengutip dari parenting.

 1. Tipikal Orang Menyenangkan Beberapa orang memiliki sikap menyenangkan dan terus-menerus mengiyakan orang lain. Terkadang orang ini berusaha menyenangkan dan membantu kebahagiaan orang lain. Sikap ini termasuk ciri anak broken home. Mereka akan mengorbankan kebahagiaan dan kebutuhan pribadi pada orang lain.

2. Mendambakan Kesempurnaan Ciri selanjutnya adalah, seseorang yang mendambakan kesempurnaan dalam segala hal. Mereka akan merasa takut dan gagal dalam hidup. Penyebab pemikiran ini karena mereka tumbuh dalam keluarga broken home.

3. Merasa Bersalah Terus-Menerus Ketika dewasa perilaku dari masa lalu akan terbawa. Contohnya seseorang merasa bersalah ketika orang lain kesal. Padahal, tidak melakukan kesalahan pada orang itu.

4. Kesulitan Berkomunikasi Berbicara pada orang lain dalam berbagai topik memiliki manfaat. Namun bagaimana jika anda tidak pandai berbicara dan meluapkan emosi? Anda cenderung tertutup dan lebih memilih menjaga masalah. Kesulitan berkomunikasi ini termasuk ciri broken home.

5. Merasa Bertanggung Jawab pada Orang Lain Ciri broken home selanjutnya yaitu rasa bertanggung jawab pada orang lain. Dalam situasi tertentu, seseorang merasa bertanggung jawab pada permasalahan orang lain meski itu bukan masalahnya.

 6. Kecemasan Tinggi Perasaan cemas dan khawatir berlebih berdampak pada kesehatan mental. Beberapa orang mengalami rasa kekhawatiran tinggi dan berpikir terlalu keras terhadap sesuatu. BACA JUGA Ini Bahaya Begadang bagi Kesehatan Fisik dan Mental

 7. Keras pada Diri Sendiri Salah satu ciri broken home adalah terlalu keras pada diri sendiri. Ketika menghadapi suatu masalah, mereka akan menyalahkan diri sendiri dalam berbagai hal. Bahkan beberapa orang selalu mengkritik diri sendiri saat salah satu impian tercapai.

8. Perasaan Kosong Dalam Hati Keluarga broken home berdampak pada dukungan emosional pada anak. Keluarga ini terkadang tidak bisa memenuhi kebahagiaan sang anak. Akibatnya seorang anak merasa perasaan kosong dan terisolasi dalam dirinya. Beberapa orang akan mencari kasih sayang dan takut untuk hidup sendiri. ADVERTISEMENT

 9. Merasa Sedih dan Frustasi Perasaan sedih dan frustasi membuat pikiran negatif dan berdampak dalam hidup. Pemikiran negatif ini membuat seseorang hidup pesimis dan tidak menghargai usaha.

2. Cara Mengatasi Kondisi Broken Home 

1. Tanggung Jawab Sebagai orang tua dalam keluarga, penting untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Orang tua berperan untuk menciptakan situasi emosional sehat dan bertanggung jawab pada keluarga.

2. Kreatif Langkah selanjutnya adalah kreativitas dan ekspresif. Cara ini dapat dilakukan orang dewasa untuk membuat lingkungan dalam keluarga tetap sehat. Kreativitas bisa membantu pemikiran dan membangun kembali hubungan keluarga.

3. Membangun Kepercayaan Cara mengatasi broken home yaitu membangun kepercayaan orang-orang terdekat. Kepercayaan penting untuk tumbuh kembang anak dan hubungan keluarga.

 4. Mencari Bantuan Mencari bantuan profesional, dukungan keluarga, dan teman penting untuk mengatasi broken home. Adanya bantuan dan dukungan ini untuk mengatasi permasalahan sulit dan mencegah hal buruk terjadi.

5. Mencoba Memaafkan Kebiasaan memaafkan penting untuk memperbaiki suatu hubungan. Setiap keluarga pastinya punya masalah yang harus dihadapi. Minta maaf menjadi cara terbaik untuk mencegah perpisahan

3. Dampak Broken Home

Anak-anak rentang mengalami stress dan depresi Dampak broken home membuat anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Sebagian anak sering membolos hingga membuat keributan. Keluarga broken home rentan mengalami masalah keuangan yang berdampak pada aktivitas anak Kepribadian anak akan terganggu karena broken home. Mereka rentan berperilaku nakal, melakukan hal buruk, hingga konsumsi obat-obatan terlarang.

Dewasa ini, kita banyak menemui remaja yang cenderung mudah terkena depresi atau frustasi karena berbagai faktor. Entah itu masalah pribadi, ataupun masalah lingkungan. Salah satu faktor yang sering menjadi latar belakang penyebab remaja depresi adalah faktor orang tua. Baca juga tentang Pengaruh Musik Terhadap Emosi Remaja

  • Kebanyakan orang tua yang mengalami perceraian menjadikan sang remaja menjadi anak broken home, atau dikenal dengan anak dari keluarga tidak harmonis.
  • Sebutan ini, secara tidak langsung berdampak terhadap kondisi psikologi anak yang takut akan sebutan dari orang lain kepada dirinya. Disisi lain, remaja merupakan fase kritis dimana ia sedang berada di dalam peralihan dari seorang anak menuju dewasa. Dan di masa peralihan, remaja akan mencari jati dirinya seiring dengan perkembangan baik fisik maupun psikisnya. Baca juga tentang Pengaruh Gaya Hidup Modern Terhadap Diri Sendiri
  • Dalam menjalani proses ini, remaja membutuhkan dukungan dan perhatian dari orang -- orang yang dicintai dan mencintainya. Remaja membutuhkan saran, pembenaran atau kesalahan, serta perlindungan atas tindakan -- tindakan yang ia lakukan.
  • Melihat kondisi diatas, orang tua lah yang berperan penting dan atau sebagai faktor utama keberhasilan seorang anak mengatasi fase peralihannya untuk menjadi seorang dewasa yang sebenarnya. Orang tua akan selalu dianggap sebagai panutan seorang anak dalam perkembangan psikisnya. Baca juga tentang  Pengaruh Perkembangan Fisik Remaja dalam Proses Belajar
  • Apabila orang tua selalu sering berpendapat dan atau berdebat lalu menghasilkan kesalah pahaman serta menjadikan suasana rumah tangga tidak harmonis, sang anak akan tertekan dan bingung harus mengerti sisi yang mana. Sementara dia sendiri sudah penuh dengan masalah-masalah remaja yang sedang ia alami.
  • Terlebih, apabila orang tua tidak pernah menganggap masalah yang remaja alami sebagai masalah "sebenarnya" dan cenderung apatis, sang anak akan terbiasa memendam masalah tersebut atau malah mengalihkannya ke arah-arah yang negatif. Baca juga tentang Pengaruh Budaya Dalam Perkembangan Remaja
  • Setelah sang anak memilih untuk mengalihnya ke arah yang negatif karena orang tua tidak lagi dianggapnya bisa membantu menyelesaikan permasalahannya, faktor lingkungan lah yang menjadi alter ego remaja. Dalam kondisi labil, bukan tidak mungkin remaja akan terjerumus ke pergaulan yang negatif akibat kurangnya perhatian serta dukungan orang tua atas apa yang sedang ia alami saat ini.

cara mencegah anak broken home terjerumus ke hal -- hal negatif, antara lain:

  1. Mendidik dan membimbing remaja sesuai dengan kondisi situasinya
  2. Mendorong remaja aktif di kegiatan sosialisasi lingkungan
  3. Perbanyak berikan pengetahuan spiritual untuk menambah keimanannya.
  4. Tidak meninggalkannya sendirian
  5. Mendengarkan segala curhatannya
  6. Jadikan bahu kita sebagai sandarannya
  7. Berikan saran yang tepat tanpa menyakiti hatinya
  8. Membantunya sewajarnya
  9. Memberi ia pengalaman atas pembenaran dan kesalahan atas tindakan yang ia buat agar ia mampu berkembang

Berikan tanggung jawab agar ia aktif dalam memainkan emosi dan logikanya

 

Kesimpulan

Kemudian, untuk mencegah remaja yang mengalami dan atau memilki keluarga yang broken home agar tidak terjerumus ke arah yang negatif, dibutuhkan pengawasan ketat dari institusi pendidikan serta lingkungan sekitar. Kedua faktor tersebut menjadi kunci agar mencegah remaja tidak terjun ke dunia yang negatif. Baca juga tentang Pengaruh Media Sosial Terhadap Psikologi Remaja kasih sayang dan perhatian orang tua adalah peran penting bagi kondisi psikis remaja.

Berikut ini terdapat beberapa solusi atau

Referensi

https://katadata.co.id/agung/berita/6244121c37e4e/broken-home-pengertian-dampak-dan-cara-mengatasi  

 

https://dosenpsikologi.com/pengaruh-broken-home-terhadap-remaja  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun