Mohon tunggu...
NOVIA ELISA
NOVIA ELISA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

hallo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyimak Pokok Permasalahan antara Konflik China dan Taiwan yang Kian Memanas

29 Mei 2024   19:57 Diperbarui: 29 Mei 2024   20:06 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Kemudian negara China mengusulkan opsi "satu negara, dua sistem", yang bisa memungkinkan Taiwan memiliki otonomi yang signifikan jika setuju berada di bawah kendali Beijing, namun Taiwan menolak akan tawaran yang diberikan tersebut. Penolakan itu menyebabkan Beijing berkeras bahwa pemerintahan Taiwan tidak sah. 

Namun perwakilan tidak resmi China dan Taiwan masih melakukan pembicaraan terbatas. Pada tahun 2004, China mengesahkan undang-undang anti-pemisahan, yang dimana UU tersebut menegaskan tentang hak China untuk "tidak memilih jalan damai" terhadap Taiwan jika Taiwan mencoba "memisahkan diri" dari China. Tahun 2016 lalu, Tsai Ing-wen dari DPP, terpilih sebagai presiden. Di bawah kepemimpinannya, hubungan lintas selat kian memburuk. 

China memutuskan untuk memutus komunikasi resmi dengan Taiwan setelah Tsai berkuasa. Langkah tersebut dilakukan karena penolakan Tsai untuk mendukung konsep "satu China". Tsai juga tidak pernah mengatakan bahwa dia akan secara resmi menyatakan kemerdekaan Taiwan. karena menurutnya Taiwan merupakan negara yang sudah merdeka. Bagi Tiongkok, Taiwan adalah bagian dari wilayah Tiongkok yang berada di provinsi bagian Fujian yang memberontak. Tapi bagi Taiwan, Taiwan menganggap bahwa dirinya merupakan sebuah negara yang berdaulat sehingga berhak melakukan kerja sama atau hubungan dengan negara lain.

     Karena adanya permasalahan tersebut, China dan Taiwan tidak dapat bersatu seperti yang diinginkan oleh China. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran di beberapa negara mengenai kemungkinan eskalasi konflik. Salah satu negara yang khawatir adalah Indonesia, mengingat China adalah mitra dagang utama bagi Indonesia. Indonesia mungkin akan mengambil sikap netral dalam konflik ini, sejalan dengan prinsip diplomasi "politik bebas aktif" yang dianutnya, yaitu tidak memihak pada blok Barat maupun Timur. 

Dengan demikian, Indonesia bebas menentukan posisinya terhadap konflik internasional. Perhatian terhadap geopolitik dan geoekonomi global sangat penting bagi setiap negara karena hal ini bisa menjadi pemicu atau konsekuensi dari berbagai peristiwa internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun