Mohon tunggu...
NOVIA ELISA
NOVIA ELISA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

hallo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyimak Pokok Permasalahan antara Konflik China dan Taiwan yang Kian Memanas

29 Mei 2024   19:57 Diperbarui: 29 Mei 2024   20:06 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Permasalahan yang terjadi antara konflik China dan Taiwan ini meningkat beberapa tahun terakhir. Ketegangan yang terjadi tersebut didorong dengan adanya perselisihan terkait soal status Taiwan, warga Taiwan banyak yang menganggap dirinya merupakan sebagai bagian dari sebuah bangsa yang terpisah, yang memiliki pemerintahan demokratis sendiri. 

Walaupun sebagian besar dari mereka mendukung untuk mempertahankan status quo, yang di mana artinya Taiwan tidak mendeklarasikan kemerdekaan dari China dan tidak juga bersatu dengan negara China. Sebenarnya Taiwan memiliki hubungan yang cukup kuat dengan China, yaitu dengan mitra dagang terbesarnya. Dan juga banyak orang Taiwan memiliki hubungan bisnis berkeluarga dengan China, hal tersebut dapat terjadi karena China hanya berjarak 160 kilometer dari Taiwan, oleh karena itu China dan Taiwan masih memiliki hubungan yang cukup kuat.

    Belakangan ini, China meluncurkan latihan militer besar-besaran di sekitar Taiwan, yang mensimulasikan serangan skala penuh ke pulau tersebut. Latihan ini dilaksanakan hanya beberapa hari setelah pelantikan presiden baru Taiwan, William Lai. Latihan militer ini bertujuan untuk menegaskan klaim China atas Taiwan. 

Beijing melihat Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri dan pada akhirnya akan menjadi bagian dari China, serta tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan militer untuk mencapai tujuan ini. Namun, warga Taiwan masih menganggap diri mereka sebagai bagian yang terpisah dari penduduk China. Mayoritas warga Taiwan mendukung status quo, yang berarti Taiwan tidak mendeklarasikan kemerdekaan dari China maupun bergabung dengan negara tersebut.   

      Permasalahan antara negara China dan Taiwan ini tentunya memiliki sebuah latar belakang yang panjang. seperti pada tahun 1949, setelah Perang Saudara China, Partai Komunis China di bawah kepemimpinan Mao Zedong berhasil mengalahkan Partai Nasionalis Kuomintang yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek. Akibat kekalahan ini, pemerintahan Kuomintang melarikan diri ke pulau Taiwan dan mendirikan Republik China di sana. 

Sejak itu, China dan Taiwan mengalami perpecahan politik yang memicu konflik. China menganggap Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya yang harus diintegrasikan kembali ke dalam Republik Rakyat China. Namun, Taiwan memegang klaim kedaulatannya sebagai negara merdeka dengan identitas nasional yang terpisah. Persoalan ini telah menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas di kawasan tersebut selama beberapa dekade.

   Setelah Perang Dunia II, Jepang menyerah dan melepaskan kendali wilayah yang diambil dari China, termasuk Taiwan. Taiwan kemudian dianggap oleh pihak China karena menduduki Republic of China (ROC), yang mulai memerintah dengan persetujuan dari sekutu mereka, AS dan Inggris. 

Namun, dalam beberapa tahun berikutnya terjadi perang saudara di China, dan pasukan pimpinan Chiang Kai-shek dikalahkan oleh tentara Komunis Mao Zedong. Chiang, bersama sisa anggota partai Kuomintang (KMT) dan para pendukungnya, sekitar 1,5 juta orang, melarikan diri ke Taiwan tahun 1949. Chiang dengan ROC -nya kemudian menyebut diri sebagai pemerintah China di pengasingan tersebut. Namun status ROC tak diakui pemerintah Republik Rakyat China (RRC) di Beijing. Beijing menganggap, Taiwan merupakan bagian dari wilayahnya yang memisahkan diri dan harus disatukan lagi dengan China.  

    Isu antara China dan Taiwan ini terus berlangsung, dengan persaingan untuk mendapatkan pengaruh di panggung internasional. Awalnya, Taiwan (ROC) menempati kursi China di Dewan Keamanan PBB dan diakui oleh banyak negara Barat sebagai satu-satunya pemerintah sah bagi China. 

Namun, pada tahun 1970-an, sejumlah negara mulai berpandangan bahwa pemerintahan di Taipei tidak lagi mewakili secara efektif penduduk daratan China. Pada tahun 1971, PBB beralih mengakui Beijing secara diplomatik. Setelah China membuka diri ekonominya pada tahun 1978, Amerika Serikat (AS) melihat peluang perdagangan dan kebutuhan untuk memperluas hubungan. 

AS kemudian menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Beijing pada tahun 1979. Hubungan antara China dan Taiwan mulai membaik pada tahun 1980-an, ketika Taiwan mulai melonggarkan aturan terkait kunjungan dan investasi di China. Pada tahun 1991, Taiwan menyatakan bahwa perang dengan Republik Rakyat China (RRC) telah berakhir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun