Mohon tunggu...
Noviaamim
Noviaamim Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu yang Tak Sempat Kau Tahu

19 April 2018   13:34 Diperbarui: 19 April 2018   13:43 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku mau kelak gaun pengantinku berwarna ungu" kataku dengan nada manja,

"syair..bukankah lebih bagus yang putih?" jawabnya sambil menatap serius pura pura tidak suka dengan pilihanku, aku selalu suka dengan tatapan matanya, entah aku menemukan rasa nyaman disana.

"sayang,, aku akan menjadi pengantin perempuan paling cantik dengan gaun ungu.. " kataku lagi sambil berlagak memohon padanya.. dia tertawa lalu dengan lembut mengelus kepalaku lalu menatap mataku dan berkata

"Syair Sajak Cinta,, kau adalah wanita paling cantik.. manis.. menawan.. dan.... " ia menghentikan kata katanya membuatku semakin penasaran..

"lalu apa?" menggemaskan rasanya melihat mukanya

"em.. lalu... nggak ada" jawabnya singkat tanpa merasa berdosa dengan muka sebalku,

lalu ia menatapku dekat sekali dan membisik "lalu,, nggak ada yang akan  menikahimu kecuali... "  ia berhenti.. "kecuali? " tanyaku "kecuali,, SYAIR ADA CICAK!!" teriaknya lalu spontan aku memeluknya ketakutan dan geli membayangkan hewan tanpa tulang itu,

"huaaaa dimana cicaknya,, " masih dengan rasa takut aku memeluknya, lalu aku mendengar dia tertawa lepas karena puas mengerjaiku membuatku benar benar sebal akan ulahnya. Aku merengut dan membelakanginya pura pura marah, lalu dia memelukku dari belakang, aku masih ingin melanjutkan aktingku dengan pura pura ingin lepas dari peluknya,, tentu saja postur tubuh kekar itu mempererat pelukannya sambil berbisik "Syair.. aku Mencintaimu" dan mungkin jatuh cinta memang seperti ini,, mukaku bersemu merah.

***

Aku tersadar dengan nafas yang sesak, lagi lagi aku bermimpi, Namaku Syair Sajak Cinta, aku biasa dipanggil "Syair" , dalam hidup tak ada yang lebih penting kecuali kebahagian seseorang yang sangat aku cintai, seseorang yang kini sangat aku rindu dan ingin aku temui, seseorang yang selalu namanya kuselip dalam doa doa pada ilahi, namanya Tegar Karang. Sosok lelaki berwibawa namun penuh kasih sayang, lelaki yang sabar dan kuat seperti namanya. Sosok lelaki yang dulu pernah menitipkan janji kehidupan

Sudah 2 tahun sejak hubungan kita berakhir aku tak pernah tau kabarnya lagi, namun setiap saat aku selalu rindu, setiap malam  lelap aku selalu bermimpi tentangnya, dan setiap doa setelah shalat aku meminta hadirnya

Aku masih terpaku diatas tempat tidur, seakan seperti mayat hidup, seakan aku tak tau kemana aku harus pergi, seakan aku ingin ini hanya mimpi, aku terpaku. Gemetar tanganku membaca sepucuk Undangan pernikahan berisi nama Tegar Karang namun tak ada namaku disana, hanya nama orang lain. 

Gemetar pula aku melihat foto laki laki dalam undangan itu, berjas hitam, laki laki yang sangat aku rindukan bergandeng tangan dan tersenyum manis dengan Gadis bergaun putih... Tampak sekali kebahagiaan yang sempurna.. lalu.. setetes air mata jatuh tepat diwajah foto tegar... lirih,, penuh luka dan perih,, lirih aku berusaha memanggil namanya...

"Tegarku..."

Ingin kuceritakan pada siapa saja yang ada bahwa hatiku kecewa, aku marah, kau tau tegar? Bukankah seharusnya aku yang ada disana dengan balutan Gaun ungu? Bukankah seharusnya namakulah yang menyertai namamu diundangan ini? Tegar,,, tak percaya rasanya dengan kenyataan ini, tak sanggup rasanya tuk terima ini. 

Namun kau tau tegar? Kau dulu selalu mengajarkanku menjadi wanita yang kuat, jika saja saat ini kau membaca tulisanku, aku ingin kau tau,, aku masih dan akan selalu mencintaimu. Tapi tenang saja tegar, aku tak menuntut apa apa akan cintaku, aku hanya ingin kau bahagia dengan siapapun itu. Mungkin saja Tuhan sedang menegurku karena aku terlalu sering meminta dirimu dalam doa doaku, mungkin Tuhan cemburu karena besarnya cinta yang kumiliki untukmu membuat aku lupa bahwa hanya Tuhanlah yang menentukan dengan siapa kita berjodoh,,, aku.. terlalu egois.

Tegar,, sejak 2 tahun setelah perpisahan itu, aku pernah belajar tuk merelakanmu pergi, menghilangkan kesempatan bagiku tuk memilikimu, sebab aku fikir kau berhak bahagia meski waktu itu sungguh berat kuterima keputusanmu.

Namun hari hari aku jalani, aku fikir semua akan baik baik saja, aku fikir aku akan kembali seperti diriku sebelum aku mengenalmu. Aku fikir aku akan mulai menerima wanita pilihanmu, aku fikir malam malam sesak yang kujalani akan segera berakhir dan beujung mimpi indah dihari nanti...

Namun aku keliru. Melupakanmu ternyata tidak semudah itu..

Tegar... aku rindu. Rindu yang tak mungkin sempat kau tau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun