Bapak Arnawama pergi meninggalkan ruang rapat dengan langkah cepat, meninggalkan suasana hening dan ketidakpastian di antara Bhadrika, Danadyaksa, dan Bhanuresmi. Konflik di antara mereka bukan hanya sekadar masalah pribadi, tetapi telah meluas hingga ke dalam pekerjaan mereka sebagai tim marketing. Mereka menyadari bahwa kekacauan pribadi mereka merugikan tim dan perlu segera diatasi untuk memulihkan kerjasama yang harmonis.
Bab 3
Ruang rapat lantai 30 tampak hening ketika Bhadrika, Danadyaksa, dan Bhanuresmi duduk bersama di sekitar meja oval yang elegan. Derasnya sinar matahari sore menyoroti tata ruang modern One Pacific Place Tower, menciptakan aura ketegangan yang terabaikan sejak pertemuan mereka di Starbucks Fuzhuo.
Bhadrika: (serius) Kita harus menyelesaikan ini. Kita tim.
Wajah Bhadrika mencerminkan tekad untuk mengatasi masalah yang telah menghiasi hari-hari mereka dengan ketidakpastian.
Danadyaksa: (setuju) Bhadrika benar. Kita harus fokus pada pekerjaan, bukan saling bersaing.
Danadyaksa, dengan suara mantap, menyampaikan dukungannya untuk merestorasi harmoni di antara mereka. Tatapannya memperlihatkan kesediaannya untuk meninggalkan rivalitas yang tak produktif.
Bhanuresmi: (tersenyum) Terima kasih, kalian berdua. Kita harus menyelesaikan pekerjaan ini bersama-sama.
Senyuman Bhanuresmi, meski tipis, mengandung harapan bahwa mereka dapat kembali bekerja sebagai tim yang efisien. Kedua pria itu menyadari bahwa kekacauan pribadi mereka mempengaruhi kinerja tim, dan Bhanuresmi bersedia berkontribusi pada pemulihan keharmonisan tersebut.
Seiring rapat berlanjut, mereka menyusun rencana kerja untuk menyelesaikan tugas-tugas pemasaran yang tertunda. Meskipun masih ada ketegangan di udara, terlihat usaha keras dari masing-masing individu untuk menempatkan profesionalisme di atas emosi pribadi.
Pada akhirnya, ketegangan mencapai puncaknya ketika salah satu rekan dari department marketing, Ibu Pramesti, tanpa sengaja mengetahui kisah cinta segitiga di antara mereka. Dalam pertemuan tim yang diadakan secara mendadak, Ibu Pramesti dengan bijak mengajak mereka ke ruangannya.
Ibu Pramesti: (dengan kepala dingin) Saya sudah tahu. Ini bukanlah sesuatu yang seharusnya mengganggu kinerja tim. Kalian semua harus menyelesaikan masalah pribadi kalian di luar kantor.