Danadyaksa: (setuju) Benar, Bhadrika. Dia cerdas dan pekerja keras.
Bhanuresmi yang sedang fokus pada proposalnya, tidak bisa menghindar dari mendengar percakapan mereka. Dia tersenyum kecil, merasa senang atas pujian yang tak disangka-sangka.
Bhanuresmi: (berpikir) Mereka tak tahu bahwa mereka menyukai saya yang sama.
Di hari-hari berikutnya, ketidaknyamanan mulai tumbuh ketika Bhadrika dan Danadyaksa, tanpa sengaja, bertemu di Starbucks  Fuzhou setelah jam kerja. Ruang kafe yang hangat dan cahaya lembut menciptakan atmosfer yang membuat percakapan menjadi lebih pribadi.
Bhadrika: (canggung) Hei, Danadyaksa. Kenapa kita selalu berada di tempat yang sama?
Bhadrika mencoba tersenyum, tetapi kecanggungan terlihat di wajahnya. Danadyaksa menatapnya dengan senyuman misterius.
Danadyaksa: (tersenyum penuh arti) Mungkin karena kita memiliki selera yang sama.
Bhanuresmi, yang sedang duduk di sudut ruangan, menyaksikan pertemuan mereka dengan kebingungan. Dia merasa campur aduk dengan perasaan yang muncul di dalam dirinya, mengetahui bahwa hubungan di antara mereka bertiga semakin kompleks dan rumit.
Bab 2:
Stasiun Liege Guillemins terasa semakin sesak dengan para pekerja yang bersiap pulang setelah seharian bekerja. Bhadrika dan Danadyaksa, dua sosok pria yang selama ini akrab sebagai sahabat, kini terlibat dalam suatu kekacauan yang rumit. Keduanya hampir selalu bersama di stasiun ini, meskipun tanpa sengaja.
Bhadrika: (berusaha tersenyum) Hei, Danadyaksa. Rasanya seperti kita selalu bertemu di tempat ini.
Danadyaksa: (canggung) Ya, Bhadrika. Kebetulan, mungkin.