Pagi yang berisik suara ayam jago. Mencium aroma kopi buatan ibu, serta aroma ketek yang hampir tiga hari tidak mandi, aku terpaksa harus bangkit dari tempat tidur dan menunda aksi molor cantikku. Ku lirik jam waker diatas meja menunjukkan pukul tujuh.
"Astagaaa!" Buru-buru aku lompat dari tempat tidur, tak perlu mandi, cukup cuci muka dan gosok gigi, lalu pergi.
"Oh my ngoookkk! Bisa gawat ini kalau telat masuk kelas, pacar mana pacar?!" Ku ambil handphone mencoba hubungi Yudha, HP-nya mati tak ada jawaban. Otakku mulai meradang panik, kepala mulai mengepul mengeluarkan asap, aku hilang fokus. Lupa jika Yudha tak bisa jemput aku, dia di Jogja, jenguk neneknya sekalian liburan.
Terpaksa tancap gas sendirian menuju kampus, sepanjang jalan berdoa agar bisa tepat waktu dan dosennya telat gegara ban bocor (dasar mahasiswa jahanam!). Selesai kuliah aku pulang bersama Helen.
"Kenapa tadi telat lagi sih?" Tanya Helen.
"Habis nggak ada Yudha!"
"Gue heran deh sama lo, Yudha itu pacar apa tukang ojek sih?"
"Multifungsi!"
Mendengar jawabanku Helen menggelengkan kepala, heran.
"Iya kan? Jadi pacar, les privat, dan tukang ojek juga, tapi baru sebentar jauh gue kok galau ya?
"Itu karena lo terlalu bergantung sama dia,"