Teman bystander memiliki kekuatan untuk menggeser ide korban dari yang semulanya destruktif ("saya berhak diperlakukan seperti ini") menjadi ide yang lebih positif ("akan selalu ada orang-orang di berbagai situasi yang suka menyiksa orang lain. Meskipun mereka membeciku namun asih banyak orang yang menyukaiku"). Ide positif ini ditujukan agar si korban tidak berpikir untuk menyalahkan dirinya atas ketidakadilan yang menerimanya. Â Dapat disimpulkan bahwa peer bystanderyang dimaksud disini adalah mereka yang memberi dukungan sosial pada korban meskipun tidak secara langsung membelanya didepan pelaku.
Davis dan Nixon (dalam Patchin & Hinduja, 2012) menjelaskan bagaimana agar peer bystanderbisa menjadi kekuatan untuk korban dan sebagai intervensi bullying yang efektif terutama dalam konteks ini adalah didunia maya. Dijelaskan ada 5 tindakan konkret yang dapat dilakukan oleh seorang peer bystander:
- Habiskan waktu dengannya
- Berbicara dengannya
- Dukung dia
- Telpon atau kirimi pesan ketika dirumah
- Dengarkan keluh kesahnya
Dalam konteks cyberbullyingseorang positive peer bystanderdiharapkan akan segera memberi dukungan pada korban (baik melalui pesan pribadi maupun langsung) segera setelah dia melihat perlakuan bullydi dunia maya terjadi. Diharapkan juga positive peer bystander melaporkan postingan atau komentar yang melecehkan tersebut jika dirasa membela secara langsung berbahaya.
Bagaimana cara mengkondisikan agar peer bystandermenjadi positif? Berdasarkan Rigby (2008) (dalam Patchin & Hinduja, 2012) faktor terpentingnya adalah tingkat empati seseorang dan kemampuan kesadaran dirinya (self-awareness). Semakin kita memahami dan merasakan penderitaan orang lain, maka seseorang akan lebih mungkin menolong temannya.Â
Menurut Davis & Nixon rata-rata remaja berkata tidak akan pernah "melegalkan" bullyserta turut menyumbang kerugian jika mereka pernah merasakannya. Kemudian dengan memiliki kesadaran diri yang tinggi bahwa dirinya pun juga memiliki kekurangan sama seperti orang lain maka kecil kemungkinan dia mau menyakiti oranglain karena kekurangan mereka.
Melalui pengajaran akan nilai-nilai empati dan kesadaran diri bystanderyang awalnya bersifat destruktif bisa berubah menjadi sesuatu yang positif bahkan menjadi sumber kekuatan korban bullying. Positive Peer Bystanderyang mungkin terlihat tidak melakukan apa-apa namun ternyata dibalik itu, bisa sangat berarti keberadaannya dengan cara terus berada disamping korban dan memberinya dukungan moral & sosial.
Daftar Pustaka
- Chadwick, S. (2014). Impact of Cyberbullying, Building Social and Emotional Resilience in School. North Ryde: Springer.
- Hogg, M. A., & Vaughan, G. M. (2011). Social Psychology 6th Edition. England: Pearson Education Limited.
- Patchin, J. W., & Hinduja, S. (2012). Cyberbullying Prevention and Response : Expert Perspective. New York: Rotledge.
- TheDitchLabel. (2017). The Annual Bullying Survey. UK: The Ditch Label.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H