Pernahkah anda mendengar Stephen Covey? Ya, untuk para penggemar terapi-terapi diri dan motivasi pasti sudah sangat familiar ya. Stephen Covey adalah penulis buku legendaris “The 7 habits of Highly Effective People” salah satu buku self-motivation yang banyak digunakan sebagai rujukan dimana-mana. Namun Bapak Covey ini ternyata memiliki banyak buku menakjubkan lain yang patut anda masukkan referensi buku Self-Help anda. Nah mungkin saya adalah salah seorang yang “beruntung” dapat membeli dan membaca buku aslinya yang “secara tak sengaja” saya temukan di salah satu pameran buku terbesar di Indonesia. Buku ini berjudul “Primary Greatness”.
Tulisan ini tidak akan mengulas buku Stephen Covey yang sangat bagus ini, karena anda harus membacanya sendiri kan. Nah dalam tulisan ini saya akan bahas mengenai satu bab dalam buku Primary Greatness milik Stephen Covey yakni mengenai konsep Self-Affirmation.
Apa itu? Untuk sebagian besar orang istilah Self-Affirmation mungkin masih sangat asing dan tidak familiar, namun dalam dunia Self-Helpdan Self-Therapy sendiri teknik ini cukup dikenal dan digunakan secara luas. Jika diterjemahkan dalam bahasa indonesia Affirmationberarti penguatan/penegasan, dipopulerkan pertama kali oleh seorang Psikolog Perancis Emile Coué pada tahun 1920-an. Lalu sebenarnya apa itu Self-Affirmation?
Adalah suatu Self-Statement(Pernyataan diri) yang terus diulang-ulang dengan maksud untuk meyakinkan individu tersebut bahwa pernyataan dirinya tersebut benar dan mampu meningkatkan Self-Esteemsecara signifikan. Namun Self-Affirmationsendiri tidak semuanya positif, tentu ada yang negatif –tergantung dari individu yang mempersepsi dan menggunakannya-. Khusus yang digunakan dalan Self Help, Self-Therapydan Self-Motivation tentunya yang positif.
Pernah mendengar quotes“Pikiranmu akan mempengaruhi Duniamu”? Ya, Self-Affirmationpun prinsipnya sama persis dengan quotestersebut, dalam hal ini ketika seseorang memikirkan mengenai suatu hal negatif tentang dirinya “Saya pasti tidak akan berhasil” kemudian termanifestasi dalam tindakan sehari-hari maka yang terjadi adalah munculnya penguatan kepercayaan bahwa dia tidak akan berhasil.
Norman Cousins dalam buku Primary Greatness milik Covey diceritakan adalah seorang penulis buku “Anatomy of an Ilness and Human Options” yang mengakui kehebatan dari Positive Self-Affirmationyang membuatnya berhasil bangkit dan kembali normal pasca kecelakaan yang dialaminya ketika liburan ke luar negeri yang hampir merenggutnya hidupnya. Ketika saat itu dokter menvonisnya “Kesempatanmu untuk sembuh secara total hanya 1 berbanding 500”.
Pada awalnya Cousins membiarkan dokter dan pihak rumah sakit melakukan semua prosedur medis –bahkan ada yang sampai berlebihan. Tes medis juga terus dilakukan (menyerahkan semuanya pada mereka). Hingga semua prosedur medis yang ditambah diagnosa dokter yang kurang menyenangkan memberi Cousins pemikiran-pemikiran baru “Jika memang saya adalah bagian dari 1 berbanding 500 tersebut, maka seharusnya saya bisa menjadi lebih baik dari sekedar seorang Passive Observer”
Cousins yang pada dasarnya sudah familiar dengan efek negatif dari emosi negatif pada sistem kimiawi dalam tubuh manusia, mulai berpikir akankah emosi positif akan menghasilkan hasil positif juga? Apakah mungkin bahwa cinta, harapan, kesetiaan, tertawa, percaya diri, dan keinginan untuk hidup memiliki nilai terapis?
Kemudian dari sini dia mulai melakukan berbagai hal positif yang melibatkan sumberdaya medis, dukungan profesional, tertawa dan cinta dari keluarganya. Mulailah dari dia yang keluar dari bilik rumah sakit yang merawatnya selama ini, tinggal dihotel, mempekerjakan seorang perawat dan menonton Film Marx Brothers dan acara komedi. 10 menit dapat tertawa hingga membuat perutnya sakit dia menemukan setelahnya dia dapat tidur dua atau tiga jam tanpa kesakitan untuk pertama kalinya.
Berminggu-minggu berlalu, Norman Cousins mulai menemukan kekuatannya. Dan tahun demi tahun kemudian mobilitasnya mulai meningkat. Cousins percaya pengalamannya ini adalah bukti kekuatan dari keinginannya untuk hidup kembali dan kekuatan imajinasi untuk melepaskan kekuatan yang sangat besar yang sejatinya sudah bersemayam dalam diri masing-masing individu. Tentunya kisah ini sangat menginspirasi kita semua.
Menurut Covey (2015) sendiri Self-Affirmationmemiliki 5 karakteristik yang harus dipenuhi agar memiliki dampak luar biasa untuk diri seseorang.
- Sifatnya Personal, yang berarti haruslah tertulis sebagai orang pertama / First Person“Saya adalah...” “Saya akan....”
- Bersifat positif ketimbang negatif, yang berarti memperkuat yang baik dan benar
- Bersifat Present Tense,maksudnya anda harus sudah melakukan hal itu atau memiliki potensi / kemungkinan akan melakukan itu
- Bersifat Visual yang artinya anda harus dapat melihatnya secara jelas didalam pikiran anda
- Dan sifatnya Emosional, artinya anda harus memiliki perasaan yang sangat kuat yang terhubung dengan hal itu