Mohon tunggu...
Novi Sabrina
Novi Sabrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Serunya Belajar Tari Topeng bersama Kelompok Cakrawala Nusantara (C-TAR) di Gubugklakah Poncokusumo Malang

20 Maret 2024   21:32 Diperbarui: 20 Maret 2024   21:36 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelompok modul nusantara PMM 4 Universitas Negeri Malang Cakrawala Nusantara (C-TAR) melaksanakan kegiatan modul nusantara ke lima yang bertema "Kebhinekaan: Keberagaman Budaya Tari Topeng". Kegiatan didampingi oleh dosen modul nusantara Bapak Bapak Slamet Fauzan, S.Pd., M.Pd dan Liaison Officier (LO) Bapak Agung Nugroho, S.Pd., M.Pd. Kegiatan dilaksanakan pada Minggu, 3 Maret 2024 dan bertempat di Rest Area Gubugklakah Kabupaten Malang. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenal salah satu budaya yang ada di Malang yaitu tari topeng malangan.

Di Rest Area Gubugklakah Kabupaten Malang terdapat tempat latihan atau sanggar menari yang dapat ditonton oleh masyarakat setempat atau para wisatawan yang sedang berkunjung atau mampir istirahat di tempat tersebut. Pada saat kami sampai di tempat tersebut, kami di sambut baik oleh pendiri atau pelatih dari sanggar tersebut dan sedang berlangsung latihan tari yang di lakukan oleh anggota sanggar tersebut. Kegiatan dibuka dengan doa yang di pimpin oleh dosen modul nusantara.

Pada kegiatan ini dilakukan sesi ceramah dan diskusi yang dibawahkan  langsung oleh pendiri sanggar tari yaitu Bapak Heri Sutoyo. Bapak Heri Sutoyo menjelaskan sejarah terbentuknya sanggar tari tersebut. Dimana dulunya Bapak Heri Sutoyo ini diangkat menjadi kepala desa dan setelah itu mendapatkan tugas dari pemerintah untuk mempelajari budaya dari berbagai daerah di Indonesia pada tahun 2015-2021. Pada saat itu terdapat mahasiswa yang sedang ber KKN di wilayah tersebut dan beliau mengatakan bahwa mahasiswa KKN pada saat itu lah yang paling berjasa untuk membangun dan membudidayakan desa pariwisata di daerah tersebut.

Sanggar tari yang beliau bentuk bernama sanggar tari Lestari Wahyubudoyo. Sanggar tari ini adalah sanggar tari yang gratis tidak dipungut biaya jika ingin masuk dan sanggar tari ini hanya dikhususkan untuk anak-anak di usia sekolah dasar. Anak-anak yang ada di sanggar tari Wahyubudoyo mempelajari tari-tarian melalui aplikasi Youtube. Mereka dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok yang berisi penari usia 7-9 tahun dan kelompok yang berisikan penari usia 10-12 tahun. Mereka memiliki banyak tarian yang mereka bisa lakukan seperti tari Puskalang sakral, tari topeng, tari Bantengan dan tari lainnya.

Pada saat disana mereka juga menampilkan beberapa tarian yang sangat menarik seperti tarian goyang-goyang yang dibawahkan oleh kelompok penari usia 7-9 tahun. Sedangkan penari usia 10-12 tahun membawahkan tari Puskalang Sakral, tari Banyuwangi, tari Wercita Lintang Kemukus dan tari yang paling di nanti yaitu tari Topeng. Pada saat kegiatan kami juga diajak untuk melakukan tarian Bantengan Malang secara bersama-sama dan hal tersebut sangat menarik serta seru.

Tari Topeng Malang adalah perpaduan antara wajah manusia dan wayang dengan pergerakan tari yang patah-- patah. Gaya inilah yang lebih dikenal dengan Gaya Malangan. Malang yang artinya kuat dan menggambarkan kekesatrian. Tari ini adalah simbol bagi sifat manusia, karena itu banyak model topeng yang menggambarkan situasi yang berbeda, seperti, menangis, tertawa, sedih, malu dan sebagainya. Biasanya tari ini ditampilkan dalam sebuah fragmentasi hikayat atau cerita rakyat setempat tentang berbagai hal terutama bercerita tentang kisah-kisah panji.

Kegiatan dengan diakhiri tarian bersama dan sesi foto bersama dengan para penari dan pendiri sanggar tari Lestari Wahyubudoyo. Setelah kegiatan berakhir kami melakukan makan siang bersama di daerah Gubugklakah Kabupaten Malang. Kami mengunjungi salah satu tempat makan yang masih khas seperti pondok, disana kami memesan berbagai jenis makan khas daerah dan rumahan seperti nasi jagung, ikan goreng dan lain sebagainya. Walaupun makannya hanya seperti makanan rumahan biasa tetapi rasanya sangat enak. Pada saat itu juga daerah Gubugklakah Kabupaten Malang di guyur oleh hujan yang sangat deras sehingga membuat daerah tersebut sangat dingin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun