Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

8 Hal yang Bisa Dijadikan Alasan untuk Berbelanja ke Pasar Tradisional

25 Oktober 2018   11:27 Diperbarui: 26 Oktober 2018   20:21 1179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aneka Ikan Segar. Dokpri. Inem

Seiring makin menjamurnya kehadiran supermarket dan minimarket, pelan namun pasti keberadaan pasar tradisional mulai tersingkirkan. Iming-iming tempat yang (katanya) lebih nyaman, sesekali menjual barang dengan harga promosi menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat sekarang lebih memilih berbelanja ke supermarket atau minimarket.

Pasar tradisional atau biasa disebut pasar, menurut definisi wikipedia adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. 

Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan berupa ikan, buah, sayur mayur, telur, daging, kain, pakaian atau barang elektronik jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula menjual berbagai aneka macam kue atau penganan tradisional. Dan hampir di seluruh pelosok Indonesia terdapat pasar tradisional.

Suasana Pasar. Dokpri. Inem
Suasana Pasar. Dokpri. Inem
Hampir sebagian masyarakat mengidentikan pasar tradisional dengan kondisi yang bau, becek, jorok, banyak copet dan anggapan-anggapan lain yang menggambarkan betapa kurang nyamannya berbelanja di pasar tradisional.

Akan tetapi dibalik anggapan-anggapan sebelah mata tersebut, ada banyak yang hal "baik" yang bisa didapatkan jikalau kita mau berbelanja ke pasar tradisional.

Beberapa hal tersebut adalah:

1. Tidak ada tuntutan untuk memakai pakaian yang fashionable

Menurut saya interaksi sosial yang paling sehat cuma ada di pasar tradisional. Para penjual tidak akan membeda-bedakan sikapnya selama kita bertransaksi dengan wajar dan berakhir dengan membeli barang dagangannya. Entah berpenampilan parlente atau dasteran, pasar tradisional tidak membuat sekat perbedaan.

Berbeda apabila kita ke pasar modern. Pengalaman saya nih, ke supermarket dengan baju apaadanya, biasanya hal tersebut akan mendapat "perhatian khusus" dari pramuniaganya (lain halnya jika artis atau publik figure, walau berdaster atau belum mandi tidak membawa pengaruh apapun. Hehe).

2. Bebas menawar dan lebih murah

Siapa sih yang tidak suka dengan harga murah. Nah, hal ini sangat bisa didapatkan di pasar tradisional. Apalagi jika kita sudah menjadi pelanggan tetap. Selain kita bisa melakukan transaksi tawar menawar dengan suasana akrab, sesekali biasanya si penjual memberikan "bonus".

Selain bisa ditawar, berbelanja di pasar tradisional sebenarnya jauh lebih murah. Sebab para pedagang disana tidak terlalu berpatokan pada biaya produksi dan lain-lain yang membebani harga barang jualannya.

Dari beberapa obrolan dengan para pedagang langganan, "Untung sedikit gapapa yang penting jualan habis, ga rugi" begitu katanya. Misal membeli tomat sekilo, biasanya penjual akan memberi bonus dua atau tiga biji tomat. Tapi yang perlu menjadi catatan, bahwa tidak semua barang bisa ditawar di pasar tradisional. Misalnya bahan makanan pokok, seperti beras, gula atau minyak makan non curah.

3. Jam operasional yang lebih awal

Berbeda dengan jam buka pasar modern, pasar tradisional biasanya sudah mulai beroperasi di waktu dini hari bahkan ada yang buka hingga 24 jam. Hal tersebut tentunya memberi kemudahan bagi para pengusaha kuliner untuk membeli bahan baku produksinya.

4. Kemudahan dalam mendapatkan produk yang segar

Produk yang dijual di pasar tradisional biasanya lebih segar. Aneka ikan segar, sayur mayur, aneka makanan/kue tradisional. Sebab para pengepul biasanya beraktivitas pagi-pagi sekali agar barang yang distok bisa terjual pada hari itu juga. Bahkan untuk mendapatkan produk daging ayam kampung, baru akan dipotong apabila sudah ada kesepakatan harga.

Terakhir saya membeli produk daging ayam kampung, diluar dari harga beli, saya hanya harus menambah 10 ribu sebagai jasa potong dan membersihkannya.

Aneka Ikan Segar. Dokpri. Inem
Aneka Ikan Segar. Dokpri. Inem
5. Memperluas lingkaran silahturahmi atau pertemanan

Semakin sering berbelanja ke pasar tradisional, biasanya kita akan makin akrab dengan beberapa pedagang disana. Bahkan bisa jadi dengan juru parkir.

Biasanya para pedagang akan mengingat para pelanggannya dan hal ini tentu membawa keuntungan tersendiri. Salah satu halnya adalah kita bisa membeli barang kebutuhan kita dengan sistem pembayaran di belakang alias kasbon. Mengapa bisa? tentu bisa karena antara pedagang dan pembeli sudah terjalin komunikasi yang baik. Sehingga tanpa disadari terjalin keterikatan emosi antara keduanya.

Untuk urusan ini, saya beruntung tidak pernah ditarik uang parkir oleh jukir. Beliau selalu menolak apabila saya memberikan uang parkir.

6.Banyak hal unik

Ada banyak hal unik yang bisa jumpai di pasar tradisional. Bagi beberapa pengusaha kuliner biasanya mereka hanya membutuhkan daging ayamnya saja dan tulang belulangnya ditinggal. Biasanya tulang belulang ayam ini dijual murah. Bagi para ibu-ibu yang ingin mendapatkan sensasi kaldu ayam bisa memanfaatkan hal ini tanpa membebani isi dompet.

Ingin mendapatkan santan instan yang asli? Datanglah ke pasar tradisional, biasanya bisa didapatkan di tempat penjual kelapa. Rasanya tentu lebih original dibandingkan produk santan instan dalam kemasan.

Zaman sekarang semakin banyak hal-hal yang dikemas instan, termasuk bumbu masak. Di pasar tradisional kita bisa menemukan penjual bumbu masakan komplit yang siap diracik. Harganya pun tidak terlalu mahal. Tinggal menyebutkan akan memasak apa, dengan sigap penjual bumbu masak akan meraciknya. 

Hal ini tentu memudahkan bagi kaum wanita yang tidak terlalu pintar masak (seperti saya) untuk mengolah aneka jenis masakan. Selain aneka produk unik, di pasar tradisional tidak jarang kita akan jumpai beberapa pedagang yang mempunyai "kata-kata mutiara" unik dalam menawarkan produknya.

Bahan Dasar kaldu Murah Meriah. Tulang Ayam. Dokpri. Inem
Bahan Dasar kaldu Murah Meriah. Tulang Ayam. Dokpri. Inem
Penyedia Santan. Dokpri. Inem
Penyedia Santan. Dokpri. Inem
7. Tersedia aneka jenis makanan/kue tradisional

Gethuk, cenil, lontong, nasi jagung, iwan pe (ikan pari asap) adalah beberapa contoh dari jenis produk makanan yang hanya ada di pasar tradisional. Maka dari itu, ayo ke pasar tradisional dan membeli beberapa jenis kue tradisional, agar keberadaannya tidak punah. Senantiasa lestari dan makin dikenal.

Penjual Cenil dan Gethuk. Dokpri Inem
Penjual Cenil dan Gethuk. Dokpri Inem
8. Berbelanja di pasar tradisional artinya mendukung usaha kecil

Tidak bisa dipungkiri, keberadaan minimarket dan supermarket yang makin menjamur menimbulkan kecemasan pada para pedagang di pasar tradisional.

Jika daya beli di pasar tradisional menurun tentu hal ini akan berimbas pada perekonomian keluarga mereka. Mayoritas para pedagang di pasar tradisional adalah para pedagang kecil.

Penjual Sayur Masak. Dokpri.Inem
Penjual Sayur Masak. Dokpri.Inem
Jadi, walaupun minimarket dan supermarket (katanya) memiliki banyak kelebihan. Namun pasar tradisional memiliki lebih banyak lagi kelebihan. Selain itu dengan berbelanja di pasar tradisional bisa menjadi pembuktian bahwa kita adalah warga negara yang mencintai produk lokal. Produk Indonesia.

Dan yang perlu digarisbawahi adalah bahwa dalam urusan berbelanja kebutuhan pokok yang harus kita utamakan adalah apa yang sedang kita dibutuhkan. Bukan kebutuhan yang dibelanjakan demi nampak bergensi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun