[caption caption="https://www.google.com/"][/caption]
Kau adalah setangkai mawar
Yang selalu ingin kugenapi keindahanmu
Menjaga warna merah meronamu, utuh
Dengan helaian kelopaknya yang genap
*
Pada pagi yang hening dan bening
Aku merupa embun basah syahdu
Mencumbui pucuk-pucuk ulammu
Memeluk kuncup-kuncupmu, lekat
*
Sepasti datangnya siang dan malam
Sepasti itulah rindu ini untukmu
*
Namun, rupanya aku bukanlah perindu yang mahir merindu
Sesekali rapuh menggerogoti tulang belulangku
Menyuburkan pohon ragu
Yang sebelumnya telah aku tebang, namun tumbuh lagi dan lagi
*
Walau ku tahu kisah tentang kehilangan
Kelamnya seperti pembakaran nabi Ibrahim
Tapi sekuat ragaku menghalau ragu
Memilih melepaskanmu kadang menjadi hal yang pasti
*
Namun, sebuah kebahagiaan kuyakin memiliki kedalamannya sendiri
Dan aku sudah menyusurinya
Selebihnya, biarlah Dia penentu akhir dari penjelajahanku
Menyusuri hatimu
OilCity 25-03-16
Puisi ini terinspirasi dari film India berjudul “Veer Zaara”, film yang diproduksi pada tahun 2004
[caption caption="The Rumpies Logo"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H