Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhir Sebuah Gigitan

7 Januari 2016   10:24 Diperbarui: 7 Januari 2016   11:26 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Jangan lupa, Lena. Berkat uangku lah seluruh keluargamu bisa hidup enak sekarang. Jadi kau jangan macam-macam. Adeth itu anakku dari Bernadeth. Bukan anakmu. Jadi suka-suka akulah, mau ku apakan dia” kata Papi

“Tapi Pap, dia anak perempuan papi satu-satunya. Kenapa papi tega sekali melakukannya” suara Mami Lena parau, mungkin karena habis menangis.

“Ya suka-suka akulah. Daripada dia dinikmati orang lain lebih aku yang menikmati. Papinya.”

“Papi keterlaluan, itu dosa, Pap...dosa”

Dosa. Aku terhenyak dengan ucapan Mami Lena tentang dosa. Dosa apa yang telah Papi lakukan padaku. Selama ini Papi sangat memanjakanku, semua yang ku inginkan di turuti. Di televisi anak-anak lain tidur sendiri tapi aku tidur di temani Papi. Papi memperlakukanku sangat manis.

Ku kenakan kimonoku menutupi tubuhku yang hanya berbikini dan bergegas menuju ruang makan yang hanya berjarak 3 meter dari kolam renang, rasanya kok tidak terima jika mami Lena mengatakan bahwa Papi telah berdosa padaku.

“Mami Lena, Papi sudah berdosa apa pada Adeth?!” tanyaku sengit “Mami Lena jangan ngarang-ngarang dech. Selama ini Papi sangat baik pada Adeth “ Kataku penuh pembelaan.

“Adeth” Papi dan Mami Lena bersamaan memanggil namaku. Kaget karena tidak menyangka aku mendengar pertengkaran mereka.
Aku berdiri mematung tepat di samping guci besar setinggi 130 cm, yang di beli Papi dari pedagang Cina.

Mami Lena mendekatiku, di rapikannya beberapa helai rambut yang menutupi keningku “Adeth, apakah Adeth sudah datang bulan lagi?” tanyanya lembut.

Aku tak menjawab. Mataku tertuju pada Papi, Papi menatapku dengan penuh tandatanya.

Aku menggeleng, “Belum, Mami. Bahkan ini sudah memasuki tiga bulan Adeth belum dapat jatah bulanan” intonasiku melunak, dan aku lagi-lagi memandang Papi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun