Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kepada Made, dari Uluwatu

1 Januari 2016   22:38 Diperbarui: 2 Januari 2016   07:38 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Obor-obor makin riuh nyala apinya. Penari kecak pun makin asik dengan gerakan tangannya. Dan, dadaku sesak, De.

Dadaku nyeri, karena rinduku hari ini berjalan sendirian. Tertatih-tatih. Terpincang-pincang. Dan terkatung-katung. Sampai-sampai aku berpikir, ingin rasanya ku patahkan saja busur Dewi Cupid yang menancap tegak lurus di hatiku. Mencabutnya lalu mematahkannya menjadi seribu bagian, lalu melarungnya di Samudra Hindia. Seperti dirimu yang melarung abu kedua orangtuamu.
Namun De, kau tahu ? Itu tidak mungkin kulakukan, bukan ?

Tidak mungkin aku mematahkan dengan sengaja busur Dewi Cupid yang di ujung panahnya telah tertatah harapku padamu.

Aku terlanjur jatuh cinta padamu, De. Dan hal ini serupa aku menyesap psikotropika. Menyesapmu akan sangat menyiksaku, namun ketika aku memilih melepasmu maka aku akan terkapar, sakaw.

*

Akhirnya tarian kecak telah usai. Seperti yang telah di tulis pada Epos Ramayana. Sudah tentu Sri Rama lah pemenang dari pertarungannya melawan Rahwana.

Dan aku, aku beranjak meninggalkan senja di Uluwatu yang makin tegas menunjukan wajah murungnya.

*

De, tenggorokanku tiba-tiba tercekik. Aku sesak nafas.

Rupanya rindu yang kumamah bulat-bulat tadi pagi, tersangkut di kerongkonganku.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun