Orasimu mengalun. Lirih.
Pada dua matamu, Sayang
Ingin ku menjelma kalam
Demi menenggelamkan resahmu merindu
Lalu memunculkan diksi ke permukaan wajahmu
Dengan dada berdegup puisi
-
Pada bulat wajahmu, Sayang
Selalu ingin ku hapus lembabnya riang berkalung murung
Dan menorehkan warna warni pelangi
Agar pipimu yang ranum merona berceloteh sajak gembira
-
Dan, pada gigi-gigimu yang berbaris rapi, Sayang
Ingin ku toreh beribu-ribu bait puisi
Perihal sukacitanya aku yang mencintaimu
Yang selalu menunggumu tanpa bertanya nama-nama bulan
***
Lelakiku, November segera beranjak. Dan jalan kita mungkin makin tidak lurus, tapi percayalah bahwa setiap puisi dan drama queen milik kita, akan selalu mempunyai jalan saling menemukan.
Kuharap degup di dadamu tiada akan pernah surut untuk terus mengenalkanku pada hujan puisi di bibirmu.
Sama halnya aku, yang tak pernah urung, membawa-bawa namamu ketika aku berlari di sepanjang pematang sawah. Demi mengejar layang-layang berwarna senada dengan rumput.
Lelakiku, aku adalah perempuan yang selalu gemar membaca rasa rindumu, kemudian dengan tekun menuangkannya dalam bentuk aksara-aksara. Dan akan selalu begitu.
Jadi, mari kita biarkan saja November ini berlalu, ya.
Â
Â