Dan seketika itu Tuhan mengirimkan ikan paus untuk menelan tubuh Nabi Yunus secara bulat-bulat. Dan jadilah Nabi Yunus terkurung dalam gelap gulitanya perut ikan paus. Dalam keadaan seperti itu, Nabi Yunus menangis, meratapi ketidakpatuhannya pada amanah yang Tuhan berikan. Dan dengan kerendahan hati Nabi Yunus mengakui kesalahannya dan meminta ampun pada Tuhan. Dan Tuhan pun mengampuninya.
Nah, sekarang masalahnya masa iya kudu melemparkan Setya E-n ke hamparan Samudra Hindia dulu biar dia sadar, terus berharap ada ikan paus yang menelannya bulat-bulat, dan selama dalam ikan paus Setya E-n merenungi segala kesalahannya yang telah mengingkari ketidakamanahannya kepada rakyat negeri ini. Lalu setelah di muntahkan ikan paus, Setya E-n akan berubah menjadi seorang ksatria yang gagah berani mau dan rela di hukum karena perbuatannya.
Tapi masalahnya Setya E-n bukan Nabi Yunus. Khawatirnya setelah dilempar ke hamparan samudra, Setya E-n bukannya makin sadar, tapi malah ber-reinkarnasi menjadi Dewa Hades, raja dunia bawah dan dewa kematian, orang mati dan harta dalam bumi.
Aih, jadi makin ruwet dan mbulet. Namun apapun sikap yang akan diambil demi membongkar kedok mafia-mafia kelas kakap, saya dan mas Warsito akan sangat mendukung sekali. Sebab kami, sebagai rakyat kelas menengah tiarap sangat membutuhkan pemimpin dan pejabat yang dengan kesadarannya mau mengakui kesalahannya lalu mengembalikan beban yang selama ini kami titipkan di pundaknya, namun ternyata tak mampu untuk di jaga sebaik-baiknya.
Â
Oil City, 22-11-15
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H