Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Lelayu Rindu

13 Mei 2015   12:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:05 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393310707354866437

Selamanya itu lama, Tuan

Bukan satu jam, satu menit apalagi satu detik

Terlalu setianya waktu merekam jejak kaki kenangan yang makin berkarat

Meski tak ada lagi riak beriak dari tapaknya yang dulu riang

***

Saat satu masa tiba, ketika sebuah rindu harus dipaksa menjadisunyi

Lebih sunyi dari suara nafas bayi

Lebih senyap dari suara desau angin

Lebih lebur dari dedaunan yang hendak menjadi humus

***

Dedaunan urung jatuh, walau warna hijaunya telah mengkuning

Tepukan lembut sang angin, tak kuasa jatuhkannya. Ke tanah

Padahal, bumi sudah siap sedia menerimanya

Melebur rindu yang serupa tangisan

***

Tangisan rindu tak pernah dingin, selalu hangat setiap waktu

Tidak seperti secangkir kopi, yang kerap terlanjur dingin

Seiring nyala api pembakaran yang mengubah kayu menjadi abu

Puisi ini pun akan menghapus kesedihannya sendiri

***

Tentang waktu yang selalu berisik

Menggunjingkan sebuah rindu tanpa temu

Seanggun melati dengan warnanya yang putihlembut

Selembut itulah ketabahanku memikirkanmu

Oil City, 13 May 15

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun