Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Simbiosis Mutualisme Sang Bunga

7 September 2013   15:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:13 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Aaaaarrgggghhhh………”

Kepalaku pusing, tapi bukan pusing biasa seperti pusing karena panas yang tinggi atau pusing yang dikarenakan sesaat lagi harus melakukan presentasi apalagi pusing karena menahan lapar.

Pusing kali ini karena aku terlalu lama menahan denyut-denyut kewanitaanku. Terlalu lama membiarkan lapisan-lapisan kulitku mencecap sendirian dinginnya malam.

Aku menunggu. Duduk sendirian di beranda rumah. Melamunkan pertemuan terahkirku dengan Jaka. Menerawang derasnya hujan sambil memperhatikan tiap tetesnya yang menghujam tanah. Oughh. Dan aku teringat sesuatu yang pernah menghujam sesuatu yang gelap dan basah yang berada tepat di ceruk kedua pahaku. Aku pun teringat. Bahwa butir air hujan yang turun sama besarnya dengan keringat milikmu saat kau berada di atas ragaku.

Dua hari yang lalu. Di rumah Jaka.

Aku tengah asik menikmati luruhnya hujan, tiba-tiba Jaka sudah berada tepat disamping kananku. Duduk.

"Dara,aku memintamu menemuiku, karena aku ingin mengatakan sesuatu. Tapi kuharap kamu akan baik-baik saja setelah mendengarnya"

"Emang apa yang ingin kau sampaikan, Jaka?" Tanyaku dengan sedikit mengerutkan dahi penuh tanya. Entah mengapa, aku merasa ada sesuatu yang panas menjalar di tubuhku. Rasanya seperti sedang dipagut, dimamah dan diremas.

"Ehmm..nganu..kan kita selama ini hanya HTS, kalaupun "take and give" kita lakukan atas dasar suka sama suka dan saling membutuhkan. Ehm, aku butuh komitmen utuh,tidak hanya sekedar "take and give" saja" Urai Jaka sambil memainkan rokok yang belum dinyalakan di sela-sela jari kanannya.

Tiba-tiba kepalaku berdenyut tidak karuan seperti hendak organsme tapi gagal karena digerebek aparat berwajib.

"Okelah, baik jika begitu, kita sudahi saja HTS ini.." Jawabku singkat.

Sejak awal aku memang menekankan pada Jaka bahwa tidak ingin terikat apa pun, karena aku sosok yang membutuhkan banyak cinta dari banyak laki-laki. Tapi aku bukan pelacur. Aku hanya seorang bunga yang siap di hisap kumbang manapun demi sebuah sensasi organsme. Oleh sebab itu jika ada lelaki yang ingin menyudahi HTS denganku, aku akan meluluskannya tanpa perlu bertanya ini itu. Tidak penting, toh selama ini aku terpuaskan. Bagiku di anggap pelacur oleh sebagian orang tak masalah. Karena aku selalu melakukannya dengan cinta, dengan perasaan di hati. Bukan hanya karena melulu mau organsme. Di luar sana banyak perempuan yang dianggap lebih mulia dari aku, tapi sikap mereka tak ubahnya seorang perempuan murahan, merelakan terikat pada satu orang padahal tidak ada cinta disana, bukankah itu  sama saja melacurkan diri.

Pamit. "Aku pulang ya". Dengan nada sedikit terluka. Aku berlalu, terlalu malas untuk menoleh. Hanya seumur jagung aku dan Jaka terikat kasih yang orang sebut HTS. Keinginan Jaka untuk mengikat sebuah komitmen selalu ku anggap angin lalu. puncaknya adalah saat ini, saat hujan. Biasanya kami habiskan dengan bersikap layaknya simbiosis mutualisme, namun saat ini saat hujan kami lewatkan begitu saja. Dingin.

"Dara...Dara..masih hujan..Dara !". Persetan. Jaka memanggilku dan mengingatkanku tentang hujan yang masih turun. Jarak antara teras rumah Jaka menuju mobil lumayan jauh, karena rumah Jaka berada di sebuah gang sempit. Kini aku sudah berada dalam mobil, dengan tubuh basah kuyub. Aku tersenyumn kecut. Teringat kenangan terahkir bersama Jaka, di dalam sebuah bathtub berukuran besar ketika menghabiskan malam minggu di kota Denpasar.

Sedikit menangis. Walaupun aku penikmat hisapan sang kumbang, namun bukan berarti ketika kumbang memutuskan pergi aku tidak akan merasa terluka. Bagaimana mungkin aku tidak sedikit terluka, jika gua garbaku kerap dijadikan tempat pembuangan kotor milik lelaki. Di obrak-abrik sisi luar maupun dalamnya.

Dua hari sesudah dari rumah Jaka.

Termenung.Teringat sesuatu. Aku ambil telepon selularku, 4 pesan masuk dari nomer yangsama. Aku tak membacanya namun lebih memilih untuk langsung menelponnya. Dia adalah seseorang yang sudah belasan kali meminta cinta dariku. Memohon agar diijinkan menjamah semua bagian ragaku. Kala itu aku belum mencintainya, namun cinta hadir setelah berpisah dengan Jaka.

"Roy, aku menuju ke apartemenmu. Tunggu aku". Tersenyum. Ku masukan perseneling, menginjak gas, memutar kemudi setenang mungkin. Rasa sedikit terluka itu sudah hilang. Aku kini bahagia. Seekor kumbang tengah menantiku, dan aku akan bersiap untuk organsme lagi.

Aku bunga milik semua kumbang. Tapi aku bukan pelacur.

Note : HTS - Hubungan tanpa status

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun