Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Cersama) Jari-Jari Aira

16 Agustus 2012   07:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:41 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Sayang jangan lupa nanti malam kita ada undangan perjamuan makan, dandan yang cantik ya.”

“ Dion, nanti malam aku harus bantu Aira. Dia dapat tugas dari sekolah untuk menyanyikan lagu padamu negeri. Kamu tau ga..( suara penuh kebanggaan ) dia di tunjuk sebagai salah satu anggota paduan suara di sekolahnya saat perayaan 17 augustus.” Suara Naskia terdengar sangat bersemangat menceritakan Aira.

Terdengar dengus nafas yang keras dan kasar.

“ Nas, sudah kukatakan. Jangan kau gubris anak itu. Bukankah ada mbok ijah. Serahkanlah pada dia segala urusan anak cacat itu.”

“ Aira …Dion..Aira..bukan anak cacat. Kau yang member I nama itu. Mengapa sekarang kau lupa.”

“ Nas, jangan ajak aku berdebat soal dia. Aku bosan. Kau tau alasannya kenapa.”

###

Di selasar rumah sakit bersalin 5 tahun yang lalu, Dion begitu gelisah dan sangat gugup. Sudah hampir 4 jam, Naskia berada dalam ruang bersalin. Namun tidak juga terdengar tanda-tanda bahwa sang jabang bayi lahir.

Setelah 2 tahun menjalani pernikahan dengan Naskia, walau tanpa persertujuan dari kedua orang tua-nya. Ahkirnya kisah cinta mereka berbuah hasil. Naskia hamil. Dan inilah hari yang di tunggu-tunggu. Dion sudah tidak sabar ingin melihat bagaimana bentuk rupa jabang bayi hasil dari kisah mereka.

Tiba-tiba terdengar suara tangis bayi.

Dion tersentak. Wajahnya pucat. Harap-harap cemas mulai menghinggapinya.

“ Apakah itu suara anakku.” Tanyanya dalam hati.

Dion langsung menuju pintu ruangan bersalin. Berharap dokter akan segera keluar. Dan memberitahu bagaimana kabar Naskia dan anaknya.

Selang berapa lama menunggu. Pintu terbuka, keluarlah seorang dokter wanita.

“ Selamat pak Dion,… Putri Anda telah lahir. Tunggu sebentar ya, Ibu dan bayi sedang di bersihkan.”

Hari itu menjadi hari paling membahagiakan. dan seperti yang sudah di rencanakan. Jika seorang putri maka Dion akan memberinya nama Aira danjika putra namanya Azzam.

Dan kini..dia memiliki Aira. Seorang putrid bernama Aira,

Airmata Dion meleleh karena terlalu bahagia.

###

Braakkkk…dengan keras Dion membanting pintu mobil.

Langkah cepatnya di ikuti tergesa oleh Naskia. Keduanya berjalan dengan suasana yang tidak nyaman.

“ Ini semua salahmu, kau dengar sendiri bagaimana mereka membicarkan dia.” Jari telunjuk Dion mengarah pada mahluk mungil yang terlelap dalam gendongan seorang babysitter.

“ Aku malu Nas, mereka katakan dia cantik, tapi bisu..BISU..kau dengar..dia cacat.” Dada Dion begitu cepat naik turun, dengan wajah memerah.

Sementara Naskia, hanya tertunduk.

“ Mbak, bawa Aira dalam kamarnya, jangan lupa ganti bajunya ya..” Naskia bicara pada babysitternya.

“ Baik bu.” Jawab sang Babysitter

Naskia mengecup kening Aira. Sementara Mata Dion lurus terpaku pada tembok. Hanya ketika sang Babysitter berlalu, nampak ekor mata Dion mengikutinya.

“ Dion, bukan mau Aira terlahir menjadi seorang gadis bisu..jangan kau salahkan dia terus menerus.”

“ Kau---…” belum selesai Naskia bicara.

“ Nas, jangan pernah sekalipun kau tunjukan anak cacat itu di depan rekan-rekan kantor ku, terutama di depan relasi. Ingat itu.” Dengan tatapan tajam Dion menatap Naskia. Tatapan penuh ketegasan seolah mengisyaratkan banyak konsekuensi jika di langgar.

Naskia pun menatap Dion, hanya tatapan itu adalah tatapan hancur seorang ibu. Di karuniai seorang putri yang tuna wicara.

###

“ Mama..” hanya sebuah nama itu yang nampak jelas di ucapkan Aira. Selebihnya adalah bahasa yang terdengar agak “aneh”. Dan bahasa tersebut hanya Naskia dan babysitternya yang memahami.

“ Ya sayang…Aira mau apa nak.” Naskia mendekati Aira. Dan langsung merengkuhnya dalam pangkuannya.

Jari-jari Aira mulai berbicara. Jari-jari yang mewakili semua tanya dalam hatinya. Dengan jari-jari itulah Aira pernah bertanya..” Ma, apakah mama malu memiliki aku?.”

Naskia tahu, jika pertanyaan itu pasti akan terucap dari putrinya. Dengan penjelasan penuh cinta, Naskia selalu berhasil meredam setiap tanya itu.

Waktu pun terus berlalu, Dion masih tetap dengan sikapnya. Dingin dan acuh pada Aira. Naskia pun tidak pernah mau mempermasalahkan lagi. Baginya yang terpenting adalah perkembangan Aira.

Ternyata walau tuna wicara, Aira sangat menyukai lukisan. Atas bakat itulah Naskia mencarikan seorang guru seni lukis untuk Aira. Dan berkat ketekunan serta kesabaran hati Naskia dalam membimbing Aira, Aira mulai berkarya pada bidang seni lukis. Dalam setiap perlombaan, Aira selalu tampil menjadi juara.

Pembuktian dari semua itu, perlahan meluluhkan keangkuhan Dion. Pelan-pelan Dion mulai membuka komunikasi dengan Aira. Jika sebelumnya Dion sengaja “meniadakan” kehadiran Aira. Sekarang dalam setiap event yang di ikuti Aira. Maka akan nampak Dion dan Naskia mendampinginya.

Aira mungkin hanya gadis kecil tanpa suara, namun jari-jarinya mampu berbicara melalui sebuah karya. Tentunya semua itu dapat terwujud karena ketegaran dan kesabaran hati seorang Naskia.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seorang anak adalah titipan terindah yang sudah Tuhan kirimkan untuk umatnya.

Terlepas apapun keadaan dan kondisinya, sudah selayaknya seorang anak di limpahi rasa cinta kasih dari orang tuanya.

Karena Tuhan pasti sudah melengkapi setiap kekurangan yang di miliki tiap-tiap anak.

Percaya dan yakini-lah hal itu.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

#Cersama adalah kependekan dari Cerita Bersama, adalah even yang dibuat oleh kami berenam yaitu Novi Octora, Inin Nastain, Vianna Moenar, Rieya MissRochma, Elhida, dan Ajeng Leodita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun