Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Cersama) Dara dan Aktivis LSM

15 Agustus 2012   08:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:44 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Aku hamil Ron…hamil..”

“ Terus aku harus gimana, dari awal aku katakan pake save..pake save..tapi kamu tidak mau. Dengan alasan tidak suka. Sekarang yaa begini.”

“ Jujur, aku belum siap…aku belum bisa..study ku belum selesai. Dan aku anak satu-satunya di keluargaku. Apa yang harus ku katakan pada mereka.”

“ Tapi Ron..ini darah dagingmu..tidak bisakah kau tergerak sedikitpun untuk memikirkannya. Jangan hanya berkata tidak tau..itu bukan jawaban ron…bukan solusi.”

Ahkirnya Dara menangis sesenggukan. Siang ini sepulang dari kantornya dia sengaja mendatangi kostnya Roni. Sudah 2 bulan dia tidak datang bulan, ahkirnya dia putuskan untuk membeli test pack. Dan tadi pagi dengan melihat 2 garis merah yang muncul membuat semuanya jelas. HAMIL. Dara hamil.

“ Jadi harus gimana Ron.”

“ Aku ga tau dara.. ga tau.. “ kali ini nada suara Roni terdengar agak tinggi.

“ Kau saja yang putuskan. Aku bingung.”

“ Apa Ron, kenapa aku..kenapa hanya aku.”

“ Ya karena aku belum siap, studi S2 ku belum selesai. Dan selainitu-…”Roni terdiam.

“ Apa ron..apa…kau ingin katakana karena aku tidak sebanding dengan mu.”

“ Karena aku tidak kuliah.”

“ Karena aku hanya seorang janda.”

“ Kamu tega..bukankah dari awal kau tau siapa aku. Kau tau siapa dan bagaimana kondisiku. “ Tangis Dara pecah ruah dengan bulir bulir besar meleleh di pipinya.

“ Kau begitu gigih sebagai anggota LSM, memperjuangkan kaum papa. Tapi mengapa kau tidak bisa memperjuangkan darah dagingmu sendiri. Mengapa kau tidak..tidak..tidak mau bertanggung jawab.” Dara menuntut jawaban dari Roni.

“ Cukup Dara..cukup..ku bilang cukup..” tiba-tiba Roni berdiri. Matanya terlihat marah.

“ Kau yang membuat semuanya kacau. Semua karena kebodohanmu, kau menjebak aku dengan tidak mau menggunakan save. Jadi jika sekarang aku berkata tidak tau, bukan karena aku lari dari tanggung jawabku.”

Sore itu, dari kost-kostan di sekitar jalan kaliurang. Roni dan Dara saling terduduk. Saling terdiam. Saling menyulut dengan kata. Kalut hadir di tengah-tengah mereka.

Sungguh keadaan yang sangat berbeda dengan 4 bulan yang lalu. 4 bulan yang lalu, setiap sore adalah waktu penuh kebersamaan dan kemesraan. Waktu untuk saling memberi dan saling menerima dalam bentuk kedewasaan.

Setelah lama saling terdiam dengan pikiran masing-masing. Dara mengambil tasnya.

“ Ron, aku pulang. Dan jangan temui aku lagi. Kita putus. Kamu benar, aku yang salah dan aku yang tidak tau diri, siapa aku sesungguhnya.” Suara Dara terdengar sangat bergetar.

Tanpa menunggu respon balasan dari Roni. Dara bergegas pergi, setengah berlari dia meninggalkan halaman kost itu.

Dara sudah putuskan untuk menanggung semuanya sendiri.

Sepanjang perjalanannya pulang, Dara sengaja berjalan kaki. Tatapan aneh dari orang yang melihatnya tak di hiraukan.

Ternyata, kebaikan seseorang dalam beraktivitas terkadang terlihat semu, absurb. Ketika Roni dengan gigih memperjuangkan asas-asas kemanusian dalam sebuah wadah LSM. Namun kenyataannya, dia malah memilih berkata TIDAK TAHU. Pada janin di perut Dara.

Berkali-kali telapak tangannya mengusap airmatanya yang deras. Berkali kali dia susut ingus yang mengalir. Dan berkali kali dia pegang perutnya. Kalut sangat nampak menyelimutinya.

“ Ah..Tuhan..apakah kau sangat mencintaiku, hingga aku harus di perlakukan sekejam ini oleh Roni. Bukankah dia yang mengatakan bahwa semua akan di hadapi bersama. Tapi mengapa sekarang dia begini, mengapa dia mencampakan aku dengan hasil perbuatan kami. Tuhan.. “ ratap Dara dalam hati.

Tanpa terasa, kaki yang penuh kekalutan itu sampai pada daerah bausasran. Dara seperti tersadar oleh sesuatu, kepalanya nampak celingak celinguk.

“ Rupanya aku kesasar, salah jalan. Sial ”

Sesaat kemudian Dara memutuskan untuk menggunakan becak pulang ke rumahnya.

Sepanjang jalan kota Jogja yang hiruk pikuk itu, di atas becak Dara mempersiapkan mentalnya. Dia persiapkan kata-kata apa yang akan di sampaikan pada Bapak Ibunya.

“ Apapun yang terjadi, aku akan jaga anak ini. Walaupun harus di usir. Dan aku tak akan bicara pada siapapun. Bapak nya siapa.”

“ Untuk apa mereka tau bapaknya, toch dia sudah berkata TIDAK TAU..”

“ Cukup sekali aku salah langkah, namun aku tak akan salah untuk kedua kali. Aku akan mempertanggungjawabkan nya..SENDIRI.” Dara memantapkan dirinya. Kali ini bibirnya tersenyum. Sebuah senyum getir namun dari sorot matanya nampak kemantapan sebuah keputusan.

Perlahan di usap perutnya. Wajahnya menunduk memperhatikan gerak jari jemari yang mengusap perutnya.

“ Anakku, temani ibu berjuang ya..jadikan ibu perempuan yang kuat. Sekuat pakle becak yang akan membawa kita pulan kerumah.”

" Ibu janji, bahwa kau akan mendapat perlakuan yang layak. Cukuplah ibu yang diperlakukan seperti ini oleh Bapakmu. baik-baik dalam perut ibu ya nak."

Sayup-sayup dari sebuah warung Hek, terdengar sebuah lagu milik ST12..Cinta Tak harus Memilik.

Namun bagi Dara, judul itu tepatnya menjadi Cinta Tak Harus Bertanggung Jawab.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

#Cersama adalah kependekan dari Cerita Bersama, adalah even yang dibuat oleh kami berenam yaitu Novi Octora, Inin Nastain, Vianna Moenar, Rieya MissRochma, Elhida, dan Ajeng Leodita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun