Kali ini bukan hanya senarnya saja yang putus, namun badan biola coklat itu patah menjadi dua.
"Selamanya takkan lagi ku petik dawai sebuah biola. Kurasa, dawai biolaku dan cinta yang kuinginkan tak pernah di takdirkan untuk bersanding."
Dan ingatannya melayang rapuh pada ucapan lelakinya, seminggu yang lalu.
"Kamu, adalah sesuatu yang harus kulupakan."
Kini, perempuan itu pun melenggang lunglai berjalan lemas menuju jendela, hanya sekedar ingin menganti udara yang di hirupnya.
"Adakah keajaiban, bahwa dawai-dawai yang berserak akan menemukan kembali nadanya?" tanyanya pada percik-percik air hujan yang masuk melalui celah jendelanya yang tak terkunci.
“Tak seharusnya kau pergi, sebelum kau dengar lagu gubahanku.”
Perempuan itu, termenung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H