Teknologi bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi ketajamannya mampu memberikan kemudahan dan solusi dalam hidup. Di sisi lain, tangan dapat terluka dan berdarah jika tidak berhati-hati ketika menggunakannya. Itulah yang terjadi ketika gadget sebagai wujud nyata dari hasil perkembangan teknologi berada di tangan para bocah di bawah umur. Tanpa pengawasan yang bijak dari orang tua, bocah yang terpajan gadget tanpa jeda akan menjelma menjadi makhluk modern yang miskin kreativitas.
Miskin kretivitas? Mungkin kedengarannya terlalu menghakimi. Tapi, saya merasakan betapa menjemukan anak-anak ketika mereka sudah jatuh cinta pada gadget dan seperangkat aplikasinya. Persis seperti orang dewasa yang tidak bisa lepas dari smartphone-nya. Seolah tidak ada yang lebih menarik di dunia ini untuk dilakukan kecuali menatap layar digital itu. Mereka, bocah yang semula aktif berkreasi dengan corat-coret warna-warni di tembok dan bahkan di wajah, ramai berteriak dan berceloteh lucu, tiba-tiba jadi makhluk diam yang terus diam selama gadget itu di genggaman tangannya!
Baiklah, saya akan jujur kepada Anda sekalian bahwa kekhawatiran saya sebagai ibu ketika menyaksikan anak-anak seperti itu terus memuncak. Hati nurani saya mengatakan, harus ada cara yang bijak untuk mengalihkan mereka dari layar digital itu. Saya tidak mengatakan bahwa mereka harus steril sama sekali dari gadget. Tetapi, secara proporsional waktu anak-anak selayaknya diarahkan untuk lebih banyak menghadapi latihan tantangan-tantangan nyata dan bukan maya. Bolehlah mereka main gadget, tetapi tidak sepanjang hari dan tidak selama berjam-jam. Apakah Anda sepakat dengan Saya?
Saya lalu memikirkan cara-cara mengalihkan anak-anak dari gadget, dengan pertimbangan cara itu tidak egois namun bijak. Maksudnya, tidak sepihak dari sudut pandang orang tua. Harus ada cara yang cukup manusiawi bagi anak dan bisa mendorong anak-anak untuk lebih aktif secara fisik dan mental. Cara yang membuat mereka nyaman tapi tidak ketinggalan kemajuan zaman. Cara yang dinamis dan terarah untuk menghadapi dunia ke depan. Saya memikirkan cara yang elegan dan proporsional. Seimbang. Harmoni. Bisakah?
Saya lalu memulainya dengan bertanya kepada anak yang sulung, hal apa yang paling dia inginkan dan paling asyik selain main gadget? Ibu kepo ingin tahu banget apa yang nomor dua paling menarik bagi bocah seandainya nomor satunya adalah main gadget. Saya punya target untuk menggeser nomor dua ke nomor satu, supaya main gadget tak lagi jadi yang paling menarik. Tahukah apa jawaban si sulung? "Melakukan aktivitas apa pun bersama Ibu atau Ayah." Ini jawabannya ketika masih berusia 7 tahun. Hal yang sama saya tanyakan kepada adiknya (ketika itu usia 4 tahun). Jawabannya serupa. Wow. Challenging answer for every parent. Saya sangat menyarankan kepada Anda jika ingin mencari cara pengalihan gadget yang ampuh, tanyakanlah dulu hal yang sama kepada anak-anak Anda. Hmmm, saya pun jadi penasaran apa jawaban anak-anak Anda!
Menantang? Ya! Saya harus memikirkan cara pengalihan yang juga ternyata akan melibatkan diri secara penuh sebagai ibu. Sekaligus, mengomunikasikan penemuan ini dengan kepala keluarga. Selama setahun saya kemudian mempraktikkan berbagai cara yang menurut saya dapat menjadi alternatif untuk mengalihkan mereka dari gadget, sekaligus memenuhi kebutuhan mereka untuk lebih banyak melakukan aktivitas bersama ibu dan ayah. Terus terang, dan jujur.... ini sama sekali tidak mudah. Saya berangkat ke kantor sekitar pukul 5. 40 WIB, ketika anak yang sulung sedang bersiap-siap berangkat sekolah. Dan baru tiba di rumah sekitar maghrib, kadang lewat Isya jika ada tambahan kegiatan atau pekerjaan yang belum selesai. Waktu yang bisa dimanfaatkan sekitar 3 jam di malam hari pada hari kerja, yaitu selepas maghrib hingga menjelang tidur malam. Selebihnya, waktu di akhir pekan adalah yang sangat dapat diandalkan.
Mulai Terlibat dan Lupakan Ribet!
Jika memikirkan antara kebutuhan kebersamaan dan waktu yang ada, pertama-tama saya menyerah. Angkat tangan. Kok sepertinya nggak mungkin ya dengan sisa waktu dan tenaga yang ada bisa membuat momen kebersamaan yang keren dengan anak-anak di hari kerja. Hmmm, tapi kalau ibu mudah menyerah, bagaimana nanti anak-anaknya? Bisa dipastikan anak-anaknya juga cepat menyerah pada keadaan. Baiklah, saya berusaha untuk realistis, tetapi juga tetap optimis.Â
Saya lalu berdiskusi dengan anak yang sulung untuk menyepakati waktu bermain gadget. Tahun lalu usianya tujuh tahun dan sudah bisa diajak berdiskusi. Mulanya, dia keberatan ketika saya mengusulkan waktu main gadget adalah di hari Sabtu dan Minggu bersama-sama Ibu atau Ayah. Di hari Senin sampai Jumat fokus ke kegiatan sekolah dan main yang lain. "Anak-anak lain kok boleh main gadget pulang sekolah.... kenapa aku nggak boleh?" protesnya. Saya lalu menjelaskan kepadanya bahwa untuk anak usia Sekolah Dasar adalah tanggung jawab orang tuanya untuk mendampingi sang anak berinteraksi dengan gadget supaya bisa bermanfaat dan tidak salah arah. Dia sempat cemberut lama sebelum akhirnya sepakat dengan usulan ibunya.Â
Kesepakatan itu kami tuliskan di kertas, ditempel di tablet yang bisa dipakainya main game. Lalu kami berdua menandatanganinya. Pada hari Senin sampai Jumat, tablet itu disimpan Ibu. Baru pada akhir pekan tablet boleh dimainkan. Kami sepakat bahwa main tablet harus dijeda setelah satu jam supaya mata tetap sehat. Selain itu, kami juga sepakat bahwa gadget tidak dimainkan saat berada di kendaraan atau di tempat umum. "Bu, kalau weekend kita jalan-jalan keluar kan jatah main tablet aku jadi berkurang.... Boleh nggak kalau Jumat malam pas Ibu sudah pulang kerja aku main game sebentar sambil nunggu Ibu selesai mandi dan makan. Setelah itu aku main sama Ibu?" tanya si sulung. Saya setuju. Menurut saya, permintaannya masih dalam batas toleransi. "Satu lagi, Bu, Ibu juga nggak boleh main handphone terus ya...," ujarnya. Saya tersenyum dan merasa diingatkan. "Janji!" kata saya sambil mengangkat tangan. Sebenarnya, yang dibutuhkan anak-anak adalah perhatian yang wajar dan komunikasi yang sehat.Â
Mencoba Beragam Pengalihan
Setelah menyepakati waktu penggunaan gadget, kita akan sampai pada tantangan untuk mematuhi kesepakatan itu. Anak harus dilatih untuk bertanggung jawab terhadap apa yang sudah disepakatinya. Namun, kita sebagai orang tua juga harus menunjukkan kepedulian yang penuh. Raga dan jiwa kita semestinya terlibat penuh di waktu-waktu ketika gadget itu dialihkan dari genggaman mereka. Inilah beberapa aktivitas yang sudah kami coba setahun belakangan dan terbukti manjur untuk mengalihkan anak-anak dari gadget. Syarat utamanya sebenarnya hanya satu, yaitu keterlibatan orang tua di waktu pengalihan itu, baik secara fisik maupun nonfisik.Â
Ini dia delapan aktivitas alternatif dengan keterlibatan orang tua untuk mengalihkan anak dari gadget:
- Sport and outdoor activity
- Musik dan olah vokal
- Aktivitas literasi (membaca, menulis cerita, mendongeng, story telling)
- Berkreasi dengan barang bekas
- Fun cooking
- Wisata alam dan berkemah
- Berkesenian (melukis, mewarnai, menggambar)
- Bersih-bersih rumah
1. Sport and Outdoor Activity
Olahraga pagi seperti berenang, jogging, jalan santai, atau senam pagi bersama anak-anak di tempat-tempat yang fun akan membuat anak-anak happy. Percayalah. Selain membuat tubuh kita semua jadi bergerak --yang akan menyehatkan fisik-- juga akan menciptakan suasana kebersamaan yang nyaman. Aktivitas di luar ruangan pada sore hari seperti jalan-jalan sore di sekitar kompleks perumahan, bersepeda, atau bermain di playground akan sangat menyenangkan bagi anak-anak.
2. Musik dan Olah Vokal
Musik dan olah vokal bisa menjadi alternatif pilihan yang tak kalah seru untuk mengalihkan bocah dari gadget. Saya sering meminta anak saya untuk melakukan pertunjukan seni. Bergantian mereka tampil. Boleh menyanyi, boleh bermain musik. Si Sulung senang menggesek biola. Beberapa lagu seperti Twinkle Twinkle Little Star, Kasih Ibu, Mary Had A Little Lamb, dan Lightly Row dapat dibawakannya dengan baik. Saya memintanya tampil, lalu adiknya ikut menyanyi. Kadang pertunjukan ini sangat rusuh. Si bungsu bisa sampai naik ke meja, layaknya meja itu menjadi panggung baginya. Tak apalah.
3. Aktifivas Literasi
Berbagai aktivitas literasi seperti membaca buku bersama di rumah, menulis cerita, atau ke perpustakaan dan ke toko buku juga bisa dipilih untuk pengalihan gadget. Saya termasuk yang mengandalkan buku bacaan untuk membujuk anak-anak. Selama saya tinggal ke kantor, anak-anak akan berada di rumah sepulang sekolah selama sekitar lima jam sampai bertemu kembali dengan ibunya di sore hari. Selama lima jam itu, mereka tidur siang, main di luar, dan main di dalam rumah. Waktu main di dalam rumah inilah yang akhirnya "terpaksa" mereka gunakan untuk membaca buku. Sebab, tidak ada siaran televisi dan gadget. Cuma ada buku bertebaran dan mainan seperti lego, boneka, playdoh, dan semacamnya.Â
Seringkali, si sulung menelepon saya di kantor dan mengeluh bosan karena semua sudah dimainkan. Dia mulai merayu agar diperbolehkan main gagdet. Kalau sudah begitu, saya akan mengingatkan tentang kesepakatan bahwa kita hanya akan main gagdet pada akhir pekan. "Mas anak pintar dan kreatif, coba pikirkan apa lagi kira-kira yang bisa dilakukan sambil menunggu Ibu pulang? Kalau semua buku sudah dibaca, apakah Mas ingin buku bacaan yang baru?" Jika si sulung mulai merajuk, saya akan mulai memberinya ide buku-buku bacaan yang mungkin menarik. Saya lebih suka uang habis untuk beli buku selama itu positif.
Mereka saya minta menyiapkan cerita hari itu yang akan diceritakan kepada ibu sebelum tidur. Boleh tentang apa pun. Boleh tentang kejadian di sekolah, tentang teman, tentang mba, tentang diri sendiri atau apa pun. Sebaliknya, ibu juga harus menyiapkan cerita untuk anak-anak. Biasanya saya akan menceritakan kejadian di kereta atau di kantor yang mengandung pesan moral bagi anak-anak. Karena anak-anak sudah beberapa kali saya bawa ke kantor, mereka sudah bisa membayangkan situasi kantor ibunya. Sehingga, ketika saya bercerita, mereka bisa menimpali.Â
Aktivitas literasi ini akan melatih anak untuk mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Melatih kemampuan verbal yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan mereka kelak. Suasana yang menyenangkan akan membuat mereka lebih rileks dan mampu bercerita tanpa beban. Momen yang terbangun akan melekatkan kepercayaan mereka kepada ibu. Cerita juga akan menggali empati mereka. Empati terhadap kejadian sekeliling yang juga menyangkut keberadaan mereka di dalamnya. Jauh lebih positif daripada membiarkan mereka main gadget lalu ibu pergi tidur dengan tenang. Lelah sedikit tak apalah Bunda, it is worthed!
4. Berkreasi dengan Barang Bekas
5. Fun Cooking
Suasana yang seru ketika memasak akan menjadi momen yang melekat di benak anak. Menciptakan momen-momen baik di masa kecil anak akan menjadi "sejarah" yang baik baginya kelak di masa dewasa. Percayalah, hal-hal remeh di waktu kecil namun menyenangkan akan teringat sampai di hari tua, dan mendorong diri untuk melakukan hal yang sama kepada anak-anaknya kelak. Bukankah kita lebih ingin anak-anak ingat bahwa masa kecilnya dipenuhi momen seru dibandingkan dengan omelan-omelan ibunya?
6. Wisata Alam dan Berkemah
Mendekatkan diri ke alam bisa menjadi pilihan bijak agar anak teralih dari gadget. Mengajak anak-anak menikmati keindahan alam seperti pedesaan, pegunungan, air terjun, dan pantai sekaligus akan mendekatkan mereka kepada Sang Pencipta. Mengagumi lukisan Tuhan melalui wisata alam akan menumbuhkan rasa cinta kepada Sang Khalik. Sesekali, bagus juga mengajak anak-anak berkemah di alam terbuka untuk mendekatkan diri dan bersahabat dengan alam.
Bersatu dengan alam membutuhkan fisik yang kuat. Karena itu, kita para orang tua sudah seharusnya memotivasi anak-anak kita untuk menjaga kesehatan dan selalu menjalankan pola hidup sehat supaya tubuh tetap sehat dan kuat. Dengan tubuh yang sehat dan kuat, kita akan bisa lebih sering menyatu dengan alam, berkemah, melakukan perjalanan menempuh arena alam yang seru, serta lintas alam yang menantang. Menyatu dengan alam akan mengajarkan kita untuk survive, yang dalam kehidupan nyata akan sangat dibutuhkan.Â
7. Berkesenian (Melukis, Mewarnai, Menggambar)
Melukis, menggambar, dan mewarnai akan menjadi aktivitas yang menyenangkan dan dapat dilakukan kapan saja di mana saja. Dengan alat yang sederhana, kegiatan ini bisa cukup seru dilakukan bersama-sama. Ibu bisa menyarankan untuk menggunakan berbagai media lukis/gambar yang asyik. Melukis di kanvas, kertas, tas kain, topi, kaos, bahkan media seperti cangkir atau pot dan lainnya akan memicu kreativitas. Mewarnai dengan spidol, cat air, cat akrilik, dan pensil warna akan memberikan pengalaman berbeda pada anak-anak.Â
8. Bersih-bersih Rumah
Bersih-bersih rumah akan jadi pilihan yang sangat cerdas untuk mengalihkan anak-anak dari gagdet. Selain membuat mereka peduli akan kebersihan rumah, juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertanggung jawab sesuai usianya. Melatih anak untuk belajar membersihkan kamar, perabot, serta menata letak barang-barang akan menjadi kegiatan yang menyenangkan apabila dilakukan bersama-sama.Â
Hanya, butuh kesabaran orang tua karena anak-anak mungkin akan melakukannya dengan lambat serta banyak bertanya. Kita sering tidak sabar dan akhirnya cenderung mengerjakannya sendiri atau mengomel. Padahal, anak-anak semestinya diberi kesempatan untuk berlatih. Jadi, tampaknya kita orang dewasa yang harus mengalah untuk kebaikan anak-anak kita bukan?
Setidaknya, delapan hal itulah yang dapat dicoba sebagai pengalihan dari gadget. Not bad. Asalkan orang tua konsisten untuk terlibat, semua akan menjadi lebih mudah. Masalahnya selama inikan kita ingin anak-anak tidak tergila-gila pada gagdet tetapi kita sendiri tidak bisa lepas dari smartphone. Sebetulnya ada beberapa hal yang menarik yang belum sempat Saya coba seperti bersepatu roda (inline skate) dan main tenis karena kendala fasilitas.
Anda punya ide lain kegiatan untuk mengalihkan bocah dari gagdet? Saya akan sangat senang jika Anda menuliskannya dan berbagi di kolom comment tulisan ini.
After all, sampai saat ini yang harus dijaga adalah semangat untuk konsisten. Dan yang terpenting adalah keterlibatan orang tua. Yuk deh.... (Opi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H