Kedekatan emosi antar anggota keluarga tidak dibangun dengan sekali family time. Tetapi, dengan family time yang rutin dan cukup, serta berkualitas. Bagi keluarga yang bisa melaksanakan sholat Subuh berjamaah setiap harinya, itu bisa menjadi family time yang sangat jitu sekaligus booster mood pagi hari. Â Â Â
Time Alone (Waktu khusus berdua antara satu orang tua dengan satu anak)
Anak-anak, seperti saya kemukakan di atas, punya keunikan. Mereka tidak dapat mengungkapkan perasaannya semudah orang dewasa. Diperlukan kondisi khusus untuk dapat mengorek apa yang mereka rasakan, emosi-emosi apa yang tidak tersalurkan, dan komunikasi seperti apa yang mereka harapkan dalam membahas hal-hal khusus tentang mereka.Â
Saya pernah heran, ketika anak bungsu saya yang ketika itu masih sekolah di play group tiba-tiba tidak mau ke sekolah. Saya tidak berhasil mencari tahu sebabnya walaupun saya berusaha memeluknya dan berbicara dengan sangat hati-hati. Justru, sebab-musababnya si bungsu tak mau ke sekolah terkuak pada waktu dia sedang berdua saja dengan ayahnya, tidak ada saya, tidak ada kakaknya. Kepada ayahnya, si bungsu akhirnya mengaku sering dicubit temannya di sekolah, yang ternyata adalah anak dari bu guru, yang bersekolah di tempat yang sama. Dia tak suka dicubit. Dan akhirnya tidak mau ke sekolah. Berdasarkan ini, kami lalu merujuk ke pihak sekolah untuk mencari solusi.
Pernah pula saya memperhatikan anak sulung tiba-tiba murung dan tidak bersemangat. Kami orang tuanya tidak berhasil mengetahui sebabnya. Sampai akhirnya ketika saya ajak si sulung pergi makan es krim ke kedai berdua saja. Terkuaklah bahwa si kakak merasa sedih karena dia merasa selalu harus mengalah dari adik. Jika mainannya dirusak adik, ia harus mengalah karena adik masih kecil. Jika pensil atau alat sekolahnya diambil sang adik, juga harus mengalah. Si sulung merasa terabaikan. Sebuah pelukan baginya sambil meyakinkan kakak bahwa ibu akan berikan kepercayaan kepada kakak mengajari adik supaya belajar menghargai milik kakak, itu harus.
Dari kejadian-kejadian itu, saya belajar bahwa time alone yang cukup itu sangat penting. Fungsinya untuk menguak emosi-emosi anak yang tidak tersampaikan dalam kondisi normal. Anak butuh suasana yang pas untuk mengomunikasikan kegelisahannya, butuh keyakinan bahwa ada kenyamanan untuk release emosinya. Jika hal ini terabaikan, emosinya akan menumpuk, buntu tak tersalurkan. Jangan kaget kalau anak lalu jadi murung atau sebaliknya jadi marah-marah tak terkontrol. Lebih parah lagi nantinya akan berdampak pada semangatnya untuk sekolah dan berinteraksi dengan teman sebaya. Anak yang tiba-tiba menjadi nakal di sekolah, kemungkinan penyebab utamanya adalah ada emosi yang tidak tersalurkan dan orang tuanya tidak cepat tanggap karena sibuk.Â
Jika kita punya dua anak, ayah butuh time alone yang cukup dengan anak pertama dan kedua. Begitu pula ibu, butuh time alone yang cukup dengan anak pertama dan kedua. Tidak harus lama dan jauh. Misalkan ayah pergi bercukur dan belanja perkakas berdua dengan anak laki-laki, ibu ajak anak perempuan memasak menu baru berduaan. Lalu ketika ibu ajak anak laki-laki pergi makan es krim ke kedai, ayah di rumah mengajak anak perempuannya mengutak-atik komputer.
Time alone akan efektif untuk menguak sebab masalah yang tidak muncul dalam suasana biasa. Lakukan komunikasi efektif, dengarkan anak, beri rasa nyaman. Percayalah. Silakan Anda mencobanya. Saya telah mencobanya setahun belakangan ini.Â
Couple Time (Waktu Bersama Pasangan)
Seringkali, pasangan menemui kejenuhan karena melulu disibukkan dengan pekerjaan dan urusan mengasuh anak-anak. Ada yang terlupakan. Waktu untuk berdua-duaan sering luput. Padahal ini penting. Sisihkan waktu untuk berdua saja dengan pasangan untuk saling menyamakan frekuensi.Â
Couple time tidak harus seperti bulan madu yang mewah. Bisa hanya di halaman belakang rumah ketika anak-anak sudah lelap, sisihkan waktu berdua untuk mengingat apa saja yang luput tersampaikan karena kesibukan. Saling meyakinkan bahwa kalian berdua saling percaya dan menguatkan adalah penting.Â