Mohon tunggu...
Novi Ardiani (Opi)
Novi Ardiani (Opi) Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak yang senang menulis. Mantan dosen dan wartawan yang sekarang bekerja sebagai karyawati BUMN di Jakarta. Ngeblog di www.opiardiani.com. IG @opiardiani. Email: opiardiani@gmail.com.

Ibu dua anak yang senang menulis. Mantan dosen dan wartawan yang sekarang bekerja sebagai karyawati BUMN di Jakarta. Ngeblog di www.opiardiani.com. IG @opiardiani. Email: opiardiani@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Memilih Untuk Memilah: Peran Ibu dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

27 April 2015   18:10 Diperbarui: 26 September 2021   06:25 2410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membuang sampah. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Sampah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi masalah, di masa kini dan masa datang. Sebaliknya, sampah rumah tangga bila dikelola dengan baik justru akan mendatangkan berkah.  Sudah sepatutnnya memilah sampah berdasarkan jenisnya ditumbuhkan sebagai kebiasaan yang berawal dari rumah tangga.  Ibu, adalah sosok sentral yang diharapkan mampu berperan memulai dan menularkannya kepada seluruh anggota keluarga.”
Mengapa Ibu?

Saya punya pertimbangan yang pasti untuk hal ini.  Menurut saya, seorang ibu sebagai ratu rumah tangga mempunyai “kendali utama” dalam manajemen rumah tangga.  Mulai dari urusan belanja kebutuhan rumah tangga hingga tetek bengeknya.  Ibu yang tinggal di rumah maupun yang bekerja di luar rumah, menjadi panutan bagi anak-anaknya dalam menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan dan kedisiplinan di rumah.  

Selain anak-anak, anggota keluarga yang lain seperti asisten rumah tangga atau kerabat yang ikut tinggal di rumah juga akan melihat dan mencontoh “Ibu”.  “Ayah”, secara tidak langsung akan tertular secara konseptual maupun praktikal dalam hal ini karena dalam komunikasi dengan pasangan akan terjadi diskusi antara ayah dan ibu. 

Oleh sebab itu, para ibu seharusnya menyadari peran penting dirinya dalam menumbuhkan kebiasaan memilah sampah dalam lingkungan rumah tangga, sebagai awal dari mata rantai pengelolaan sampah domestik. 

Ibu, sudah seharusnya memiliki kesadaran, kepedulian, dan pengetahuan yang memadai tentang jenis-jenis sampah, mengapa sampah harus dipilah, dan bagaimana memilah sampah berdasarkan jenisnya.  Kemudian, hal tersebut ditularkan kepada anak-anak sedini mungkin, serta seluruh anggota keluarga. 

Mengapa sampah harus dipilah?

Alur pengelolaan sampah rumah tangga di wilayah tempat tinggal penulis/dokumentasi pribadi
Alur pengelolaan sampah rumah tangga di wilayah tempat tinggal penulis/dokumentasi pribadi

Tahukah kita, ketika semua sampah bercampur di pembuangan, berapa lama mereka akan terurai?  Jawabnya tidak sama.  Selembar plastik memerlukan waktu 50 hingga 100 tahun untuk terurai, sementara sisa-sisa makanan dan daun daunan membusuk segera dalam hitungan pekan. 
Sampah dari bahan logam bahkan baru terurai dalam ratusan tahun, gelas beling terurai setelah satu juta tahun, dan stereofoam bahkan tak dapat terurai.  Kaleng memerlukan waktu  80 – 100 tahun untuk terurai, sedangkan kertas dan karton terurai dalam hitungan bulan. 
Bayangkan jika sampah dengan jenis yang berbeda-beda berbaur jadi satu, menumpuk di pembuangan akhir, setiap waktu terus bertambah, mau jadi apa lingkungan kita?....  Yang jelas, kita akan selalu misuh-misuh oleh bau sampah, pencemaran sampah berbahaya, dan mungkin menyalahkan pihak lain. Apalagi jika kita termasuk rajin membayar iuran sampah. 
Dengan membayar sekian ratus juta pun, masalah sampah belum tentu selesai dibenahi.  Tapi hanya dengan kemauan dan menyisihkan sedikit waktu  untuk memilah sampah berdasarkan jenisnya, segera setelah sampah itu dihasilkan, akan sangat bermanfaat mengatasinya.
Jika berkenan melihat lebih jeli, sampah rumah tangga yang memberi kontribusi terbesar pada jumlah pasokan sampah,  dapat kita kelola dengan baik untuk mendatangkan berkah dengan cara yang mudah.   Asalkan kita mau belajar tentang jenis-jenis sampah dan kemudian mempraktekkan di rumah pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, kita akan mulai merasakan betapa sebenarnya manusia memang harus bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilaknnya. 
Bagan alur pengelolaan sampah rumah tangga yang dijalankan di wilayah tempat tinggal penulis/dokumentasi pribadi

Mengelola sampah dengan pemilahan yang benar akan menjadikan lingkungan kita bersih, sehat dan bernilai tambah.  Selain itu, jika dilakukan dengan konsisten dan ditularkan ke lingkungan yang lebih luas secara tersistem, akan memberikan  kontribusi yang besar kepada penyelamatan bumi dari pencemaran sampah.Tidak ada seorangpun yang mau mewariskan bumi yang tercemar kepada anak cucu bukan?.....

Faktanya, dari tahun ke tahun sampah yang dihasilkan manusia semakin meningkat.  Kementerian Lingkungan Hidup RI mencatat peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan sbb:

TahunJumlah sampah yang dihasilkan /orang/hari (kg)19950,820001201222020Diperkirakan lebih dari 2,1

 


Peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan setiap orang setiap harinya disebabkan karena kemajuan teknologi yang menyebabkan manusia cenderung untuk menggunakan lebih banyak material dalam kehidupannya.  Konsekuensinya, akan meningkatkan jumlah sampah.  Contohnya sebagaimana disebutkan di bawah ini:a. Penggunaan tisu, diapers, plastik, alat makan sekali pakai, kemasan sekali pakai dll yang menggantikan penggunaan kain lap, saputangan, piring sendok dll.b. Setidaknya empat tahun sekali setiap orang berganti laptop, dua tahun sekali berganti handphone, konsekuensinya menambah sampah.
Peningkatan jumlah sampah ditambah lagi dengan tidak dikelolanya sampah tersebut dengan baik, tidak dipilah berdasarkan jenisnya, sehingga bercampur baur mencemari tanah dan sumber air.  Masing-masing material sampah mengandung zat yang berbeda, ada yang mudah terurai ada yang sulit.  Ada yang mengandung toksin pencemar lingkungan, ada yang aman.  Oleh karena itulah mutlak diperlukan pengelolaan sampah rumah tangga secara terpadu, termasuk di dalamnya pemilahan sampah berdasarkan jenisnya.
Saat ini, memilah sampah dan mengelolanya sudah menjadi kebutuhan yang niscaya.  Ambilah contoh fakta yang terjadi di tempat penulis tinggal, di Depok.  Dua tahun terakhir, Tempat Penampungan Akhir (TPA) Cipayung Depok telah overload.  TPA Cipayung merupakan lokasi akhir pembuangan sampah di Kota Depok.  Luas TPA Cipayung sekitar 11,2 ha dan saat ini (posisi Januari 2015) tinggal tersisa 1 ha.  
Jelas tidak cukup untuk menampung sampah yang terus diproduksi warga Depok setiap harinya.  Pasokan sampah yang masuk ke TPA Cipayung setiap harinya sekitar 3400 m3 /hari.  Sebagian besar merupakan sampah domestik (sampah rumah tangga). Saat ini Pemkot Depok sedang mengupayakan perluasan TPA untuk Unit Pengolahan Sampah (UPS) dengan teknologi dari negara lain.  Perluasan TPA bukan untuk memperluas area pembuangan sampah. 


Ketidakmampuan TPA ini menjadi pemicu untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian memilah sampah mulai dari tingkat rumah tangga untuk kemudian dibentuk sistem ke lingkungan yang lebih luas mulai dari RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, dan seterusnya. 

Berikut ini adalah alasan simpel kenapa sampah harus kita pilah berdasarkan jenisnya, untuk kemudian dibuat sebuah sistem di lingkungan kita untuk mengelola sampah domestik. 

1. Mengurangi pencemaran akibat logam berat terhadap sumber daya hayati

2. Memberikan nilai tambah ekonomi dan lingkungan (pupuk kompos/organik; barang kerajinan daur ulang)

3. Memaksimalkan sampah yang bisa didaur ulang sehingga mengurangi jumlah sampah residu

4. Dengan memilah sampah, akan mengurangi jumlah lalat dan tikus sehingga lingkungan menjadi bersihdan tidak terkesan kumuh

5. Memilah dengan ikhlas dan sadar akan menjadi tabungan kebajikan yang diwariskan kepada anak cucu

Bagaimana memilah sampah menjadi berkah?

Sangat mudah. Sulitnya hanya karena belum menjadi kebiasaan.  Sampah dipilah berdasarkan jenis yaitu sampah organik yang basah (untuk diolah menjadi pupuk organik di Unit Pengolahan Sampah /UPS Organik), sampah kering (untuk didaur ulang menjadi produk bernilai tambah melalui Bank Sampah), dan sampah residu ( sampah yang sudah tidak dapat didaur ulang kembali seperti bekas diapers, pembalut, dan sejenisnya - dibuang ke TPA ).  Pada prakteknya, pemilahan sampah akan mengurangi sampai 40% sampah residu yang akan masuk ke TPA.  Ini sangat membantu untuk mengurangi gunungan sampah di TPA. 

kipbrisdpr.org

Berikut ini adalah cara mudah memilah sampah yang telah dijalani di wilayah tempat tinggal penulis :

1. Segera pisahkan sampah menurut jenisnya (organik atau non norganik, beracun atau tidak, basah atau kering)

2. Sediakan tempat sampah sesuai jenisnya di rumah anda, ajak anggota keluarga untuk berpartisipasi melakukan pemilahan setiap akan melempar sampah ke tempat sampah

3. Kemasan botol plastik dan wadah wadah bekas  terlebih dahulu dicuci bersih, ditiriskan, dan dikeringkan sebelum disetor ke Bank Sampah

4. Kertas dan karton diikat menurut jenisnya dan letakkan di tempat yang bebas lembab/ bebas air dan disetor ke Bank Sampah dalam keadaan kering

Sampah organik yang mudah membusuk seperti sisa sayuran, makanan, buah, daun, dan sejenisnya dikumpulkan ke dalam satu ember khusus.  Sisa makanan sebaiknya dicuci dan disaring untuk menghilangkan zat pewarna dan zat kimiawi, sebelum dimasukkan ke tong sampah besar organik di wilayah tinggal kita masing-masing untuk diproses menjadi pupuk organik di UPS.

 

flickr.com

KONSEP 3R dan 4R dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Konsep ini perlu dipahami para ibu agar dapat ditularkan kepada seluruh anggota keluarga.  Konsep 3R mengedepankan REUSE, REDUCE, dan RECYCLE. REUSE artinya menggunakan kembali.  Bahan-bahan seperti wadah plastik dan kemasan dapat dimanfaatkan kembali menjadi wadah peralatan. 

Kertas-kertas bekas di satu sisi dapat digunakan kembali untuk mengeprint draft.  Dibutuhkan kejelian dan kreatifitas untuk menggunakan kembali barang-barang yang sebetulnya masih dapat digunakan. 

REDUCE (Mengurangi) dapat dilakukan dengan mengurangi pemakaian barang yang tidak terlalu dibutuhkan sehingga dapat mengurangi sampah.  Misalnya, kurangi pemakaian kantong plastik.  Gunakan tas belanja yang dapat dipakai ulang dan dicuci. 


Sedangkan RECYCLE (Mendaur Ulang) dapat dilakukan untuk jenis sampah basah organik maupun sampah kering organik dan sampah kering nonorganik. Sampah basah organik dapat didaur ulang menjadi pupuk di Unit Pengolahan Sampah Organik.  

Sedangkan sampah kering organik maupun sampah kering nonorganik dapat didaur ulang  menjadi produk daur ulang yang bernilai ekonomi seperti tas cantik dan dompet dari plastik bekas kemasan, tempat alat tulis dari botol plastik, gelang/bros dari bekas gantungan kunci dan lain sebagainya.

Selain 3R, ada satu tambahan REPLACE (Menggantikan) sehingga Konsep 3R meluas menjadi 4R.  REPLACE dapat dilakukan dengan mengganti barang-barang sekali pakai yang potensial menambah sampah dengan barang barang yang dapat digunakan berulang kali.  Misalnya mengganti tisu dengan saputangan atau lap, dan mengganti diapers dengan popok kain.  Mungkin, konsep REPLACE masih sulit untuk dilakukan para ibu.  Setidaknya dengan REDUCE pun kita sudah mulai belajar mengurangi sampah apabila belum dapat REPLACE 100%. 

Nah...para ibu, kenapa masih ragu?.... Saatnya sekarang para ibu memilih untuk memilah, memilah sampah menjadi berkah.  Dan percayalah ibu, anak-anak yang kita ajari untuk memilah sampah sejak dini, serta menyadari kecintaan pada lingkungan yang bersih dan sehat adalah investasi tak bernilai untuk kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.  

Meski kelak mungkin kita para ibu tidak menikmati secara langsung hasilnya, tetapi percayalah nahwa generasi setelah kita akan meneruskan kebiasaan-kebiasaan baik yang ramah terhadap bumi yang kita cintai, sebagai wujud syukur kita kepadaa Ilahi.  Semoga......

Rujukan: Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan SampahPeraturan Pemerintah (PP) Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga  

Sumber data : Sekretaris DKP Pemkot Depok (Januari 2015); Ketua Forum Komunitas Tangan Peduli Lingkungan, DEPOK (Januari 2015), dan Kementerian Lingkungan Hidup (2012).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun