Kali ini Lissa tidak akan berangkat, kepulangannya ke kampung tentu akan menghambat administrasi dan proposal yang harus diajukan ke kampus. Apalagi waktu yang diberikan pihak panitia untuk mengajukan proposal ke kampus hanya tiga minggu, waktu yang tidak lama.
Mimpi kali ini harus dipending dulu..
Â
Semenjak berada di kampung, Lissa menggantikan Mak untuk bekerja di kebun Pak Kades, Mak berkali-kali memintanya untuk kembali ke kota dan kuliah, Lissa tidak mau.
Mungkin aku akan seperti gadis desa yang lain. Kerja di kebun, pulang menemani ibu dan adik-adik di rumah dan suatu hari bersiap dilamar oleh pemuda di desa ini.
Mak marah, ia tidak ingin Lissa ada di rumah ini. Lissa harus kuliah.
Jika masih memaksa, Mak tidak akan menegurnya.
Dengan berat hati, pagi-pagi sekali Lissa membereskan baju dan memasukkannya ke dalam tas. Demi permintaan Mak, ia memutuskan kembali ke kota dan melanjutkan kuliah.
***
Sebenarnya masih ada waktu untuk mengajukan proposal keberangkatannya ke Makassar. Ah, pasti sia-sia. Tanggal keberangkatan sudah di depan mata, tidak mungkin kampus akan secepat itu mencairkan dana.
Seorang senior menyarankannya untuk tetap mengajukan proposal ke pihak kampus dan ke beberapa instansi pemerintahan serta pihak perusahaan swasta.
Kamis pagi Lissa segera meminjam motor milik Titin dan izin libur kuliah untuk mengirimkan proposalnya ke beberapa tempat, Titin tidak tahu akan hal ini. Keesokannya sepulang kuliah Lissa kembali lagi ke beberapa tempat ia mengajukan proposal, dinas pendidikan menolak proposalnya. Alasan mereka pemerintah tidak bisa memberikan biaya di luar anggaran yang sudah ditetapakan. Lissa meneteskan air mata, pihak kantor meninggalkannya dengan senyum getir.