(Foto bersama siswa-siswi dan guru MA Al -Huda Tanjab Timur)
Libur kuliah masih berjalan, tinggal beberapa hari lagi untuk menyiapkan segala tenaga dan pikiran.
Setelah mengunjungi beberapa sekolah yang ada di kampung tercinta, (eaaa) dan juga memberikan sosialisasi mengenai dunia kampus, semakin membuat diri ini bertanya-tanya.
"Apakah kampung ini bisa maju ya?"
Kedengarannya memang harapan itu terlalu jauh dan besar sekali untuk negeri ini (hehe).
Kegiatan Ikatan Mahasiswa Dendang di awal 2020 menjadi cambuk semangat untuk para anggota agar terlaksananya segala program kerja.Â
Setelah mengamati beberapa siswa yang mengikuti sosialisasi, terlihat jelas bagaimana gambaran masa depan yang ada di kepala mereka.
Siswa perempuan lebih antusias memperhatikan para pemateri yang memaparkan bagaimana jalur masuk perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, UKM dan organisasi yang ada di kampus serta sistem pendaftaran dan berbagai beasiswa yang bisa didapatkan.
Beberapa siswa laki-laki menyimak dengan baik berbagai pesan yang bisa mereka dapatkan, meski raut wajah beberapa dari mereka terlihat datar memperhatikan apa yang sedang disampaikan. (atau hanya perasaanku saja ya).
Kemajuan suatu daerah sangat membutuhkan peran dari pemerintah setempat dan masyarakatnya.
Melihat kondisi kabupaten Tanjung Jabung Timur menjadi kabupaten yang paling tertinggal dari beberapa kabupaten yang ada di provinsi Jambi, tentu suatu alarm yang sangat membahayakan bagi semua masyarakatnya.
Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan pemekeran wilayah dari Tanjung Jabung yang terbagi menjadi Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur, memiliki 11 kecamatan dengan total 93 desa dan kelurahan. Masyarakatnya mayoritas berasal dari suku Bugis, Melayu, Jawa, Sunda, Minangkabau dan Kerinci.
Melansir media Tribun Jambi Senin, 12 Mei 2018 dikatakan bahwa angka putus sekolah di kabupaten Tanjung Jabung Timur masih sering terjadi. Baik karena faktor ekonomi, faktor ketidakmampuan pada anak atau pernikahan dini yang sering menjadi faktor terjadinya putus sekolah. Parahnya juga, rata-rata masyarakat berusia 40 tahun ke atas tidak bisa baca tulis.
Pada media yang sama, Tribun Jambi edisi Jumat, 18 Juli 2019 bupati Romi mengakui bahwa Tanjab Timur tertinggal soal infrastruktur. Baik transportasi, sarana pendidikan, kesehatan maupun fasilitas umum lainnya.
Sekolah yang seharusnya menjadi wadah bagi setiap orang untuk dapat mengubah diri sendiri, justru hal ini masih sangat awam dipahami oleh masyarakat.
Mirisnya, sebagian kecil orangtua merestui keputusan anak untuk menikah setamat sekolah ketimbang menyarankan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Beberapa masyarakat juga beralasan bahwa pikiran sudah tidak mampu untuk melanjutkan belajar, padahal sejatinya Imam Al-Syafi'i pernah mengatakan :
"Jika engkau tidak mampu menahan perihnya belajar, maka engkau akan menuai pahitnya kebodohan"
Kita akui pendidikan memang mahal harganya dan tidak semua orang mampu untuk menahan sakit dan lelahnya belajar. Tetapi pendidikan tidak hanya di bangku sekolah. Berbagai pelajaran bisa kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari,
apalagi teknologi yang semakin canggih justru membuat banyak orang yang bahkan hanya tamat SMA, sukses menjadi apa yang mereka inginkan.
~Ada kemauan, ada jalan~
Untuk itu, kita berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi Tanjung Jabung Timur ke depannya.
Satu persatu kemajuan sudah terlihat di depan mata.
Akses jalan yang semakin baik, meskipun jalan di beberapa pelosok desa belum terjamah.
Pembaharuan terhadap pendidikan dengan fasilitas dan tenaga kerja yang memadai
dan mungkin ada beberapa kemajuan lain yang tidak tampak jelas oleh mata kita.
Kemajuan negeri ada di tangan generasi muda saat ini, berbagai tantangan di era revolusi industri 4.0 akan memberikan persaingan yang cukup ketat untuk setiap orang,Â
maka dari itu apabila kita tidak mampu untuk terus belajar dan berkarya tentu kita akan jauh tertinggal.
Semoga apa yang bisa kita lakukan dapat memberikan kemajuan, minimal untuk diri sendiri dan yang paling utama, orangtua serta orang-orang di sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H