Mohon tunggu...
Noverius Laoli
Noverius Laoli Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemuda yang lahir dan besar di Desa Lubuk Ampolu, Sitonggi tonggi, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sibolga. Sejak kecil bercita-cita ingin melihat keindahan kota-kota terkenal di dunia. Menjalani masa Sekolah Dasar hingga SMP di Sekolah Negeri Kebun Pisang, dan Gunung Kelambu. Namun masa SMA di Sekolah Katolik, Aektolang Pandan, Sibolga. Menjalani kuliah di Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Kini menjadi jurnalis di salah satu media ekonomi di Jakarta. Saat ini ingin menulis sebanyak-banyaknya.\r\n\r\nSuka membaca novel-novel sejarah dan menuliskan kisah-kisah perjalanan. Suka berimaginasi dan kelak berharap dan berusaha agar imaginasi itu bisa bisa menjadi kenyataan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Setelah 40 Hari Tak Bersamamu Lagi

23 Mei 2015   16:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:41 1185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, Sabtu 23 Mei 2015, tepat 40  hari yang lalu engkau, Ayah kami, telah meninggalkan kami semua untuk selamanya. Kami tak menyangka pada hari Selasa, 14 April 2015 lalu, pukul 14.25 WIB Ayah menghembuskan nafas terakhir, meninggalkan dunia yang fana ini, kembali ke sumber kehidupan, yakni Allah pencipta Alam Semesta.

Ayah, sampai hari ini, kami sebenarnya masih belum siap melepaskanmu begitu saja. Kau masih saja tetap hidup di angan-angan, pikiran, hati dan seluruh gerak-gerik hidup kami anak-anakmu. Sampai-sampai kami terkadang meneteskan air mata bila kami tak sanggup lagi menerima kenyataan ini.

Kenapa kami begitu bersedih setelah engkau pergi? Karena apa pun yang kami lakukan selama ini hanya untuk membahagiakan Ayah dan Ibu. Kami berjuang baik itu dalam pendidikan maupun dalam pekerjaan, sebenarnya hanya untuk membahagiakan Ayah dan Ibu. Ayah merupakan salah satu energi terbesar kami untuk maju. Namun ketika Ayah sudah tiada, kami sempat terjatuh, tak berdaya lagi.

Kami kehilangan sandaran, tempat untuk berbagi cerita manis dan pahitnya hidup yang kami alami di perantauan. Kini kami harus menerima kenyataan baru, kami tak perlu lagi pulang ke rumah untuk bercerita tentang keluh kesah kami. Kau telah ada bersama kami kapan pun dan dimana pun kami berada. Semoga Tuhan menguatkan kami untuk memulai sesuatu yang baru ini.

Kini, Ayah telah pulang kepada sang Khalik 40 hari yang lalu. Doa kami membumbung bagaikan dupa ke hadiran Allah maha kuasa agar berkenan menerima Ayah di sisi Allah. Kami yakin berkat kemurahan dan pengampunan dari Alla, dosa-dosa ayah akan diampuni.

Kami juga sudah mulai merangkak maju, mandiri tanpa kehadiran ayah lagi. Kami akan berjuang untuk menyelesaikan cita-cita yang pernah kita rencanakan bersama. Memang banyak kisah indah bersama Ayah yang tak mungkin bisa kami lupakan seumur hidup kami, hingga ajal menjemput. Kisah-kisah itu tetap hidup dalam setiap langkah kami.

Ayah, beristirahatlah dalam damai. Doakanlah kami agar iklas melepaskan kepergianmu dan kami kuat menghadapi setiap tantangan kehidupan di dunia ini. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun