Film Indonesia bergenre horror ini nampaknya sempat meraimaikan bursa perfilman di bioskop bersaing dengan film-film luar negri. Dilansir dari www.liputan6.com film yang disutradarai oleh Timo Tjahjanto ini mampu menggaet  1.004.004 penonton pada pekan ke tiga.Â
Menurut kabar yang beredar film ini siap untuk go international dengan judul May the Devil Take you dalam waktu dekat yang tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi sang penulis sekaligus sutradara yaitu Timo Tjahjanto serta para pemain didalamnya.
Jika melihat dari berbagai sumber situs, beraneka ragam review yang diutarakan netizen dalam mengkritisi film SIM terlihat begitu besar apresiasi yang diberikan meskipun faktanya tidak lepas pula dari kritik mengenai kekurangan dari film ini.
Saya sendiri sebagai pecinta film horror awalnya tidak ada niatan sama sekali untuk menyaksikan film ini di bioskop karena ada rasa trauma tersendiri dalam menyaksikan film horror Indonesia.Â
Trauma bukan dalam artian mistis, melainkan kecewa dengan diirusaknya unsur horror itu sendiri melalui buruknya penyajian film, mulai dari dialog, alur cerita, permasalahan, hingga penyelasaian masalah didalam film itu sendiri ( tidak perlu saya sebutkan film ala itu).Â
Pada akhirnya saya diajak salah seorang teman dengan memberikan link trailer film SIM. Berawal dari ketidaktertarikan saya mulai penasaran dengan nuansa horror yang disajikan melalui trailer tersebut yang kemudian memancing saya untuk mencadi review film ini dari berbagai sumber. Alhasil saya memutuskan untuk menyaksikannya di bioskop.
Sinopsis
Film ini mengisahkan Alfie ( Chelsea Islan ), seorang perempuan muda dengan latar belakang keluarga yang kelam. Terpisah lama dengan sang ayah, Alfie kemudian mendapati kondisi ayahnya yang malang. Ia kemudian berusaha mencari tahu jawaban penyebab kemalangan dan penyakit sang ayah. Namun kehadiran saudari tiri Alfie, Maya (Pevita Pearce) Â makin memperkeruh suasana. Juga mempersulit usaha Alfie untuk mendapatkan jawaban yang selama ini dicarinya.
Kesan Pertama
Kesan pertama saat menyaksikan film sim adalah kentalnya unsur budaya yang menjadi awal dari permasalahan sebuah keluarga dimana sang ayah ( Ray Sahetapy ) mengikat perjanjian dengan iblis guna memperkaya diri. Meskipun hal semacam ini terdengar klasik dalam cerita film horror atau gampangnya mudah bisa ditebak namun patut diajungi jempol dalam menggiring alur kepada penonton dengan cukup rapi dan simple untuk memunculkan sang hantu keluar.
Selain dari segi alur yang terbilang cukup rapi, menurut saya make-up dan sinematografi pengambilan gambar juga patut di acungi jempol, pasalnya momen-momen dimana sang hantu mengeluarkan aksi terrornya terbilang cukup totalitas tanpa terlihat norak.Â
Menurut saya tokoh Laksmi ( Karina Suwandi) Â yang berperan antagonis terbilang sangat maksimal dalam penokohan disini, dapat dibilang juga sama sekali tidak tertebak. Menurut saya tokoh Laksmi adalah jiwa didalam film ini, setiap adegan mengerikam sukses membuat penonton merinding karena totalitasnya yang menjiwai saat kesurupan.
Meskipun sudah terbilang film ini memiliki kelas internasional ada beberapa hal yang menurut saya masih terasa sedikit memaksa, seperti halnya penyelesaian permasalahan maupun adanya tokoh yang terlihat sedikit tidak berguna ( anak terkecil), hingga originalitas dari beberapa adegan yang langsung mengingatkan kita pada beberapa film horror luar negri.
Namun meskipun masih banyak kekurangan dari film Sebelum Iblis Menjemput, kita harus mengapresiasi karya anak bangsa. Bagaimanapun setiap karya seni memang tidak ada yang 100% murni melainkan pasti ada inspirasi dari sumber lain.Â
Sejauh saya menonton hingga akhir film ini sukses membuat saya ketakutan, jika dibandingkan film horror luar negri nampaknya sim lebih totalitas dalam menonjolkan hantu tanpa malu-malu dan vulgar ( totalitas).Â
Kalau dibandingkan dengan pengabdi setan menurut saya film ini jauh lebih ekstream dalam memunculkan setiap adegan hantu, namun untuk pengemasan alur saya akui pengabdi setan lebih cantik serta rapi disetiap pemunculan hantu hingga problematik didalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H