Namun gadis (Dinda) itu masih dingin seperti kemarin hanya memberikan senyuman kecil dan tidak merespon sapaan dari Bayu. Setelah kejadian itu
perasaan Bayu semakin besar, meletus.
"Aku harus berusaha lebih gentleman sebagai pentolan sekolah" ucap Bayu dalam hatinya.
Ia berpikir bagaimana mungkin seorang pentolan sekolah yang kuat, tidak bisa menaklukkan hati bidadari kecil. Bayu begitu semangat hingga ia
membuat "Sumpah Palapa" pada dirinya .
"Meski badai dan ombak terus menerjang!, akan kulakukan semua hal untukmu Dinda, kekasihku." teriak Bayu saat sedang melamun di
kamar mandi rumahnya.
Kembali ke sekolah, saat itu sedang diadakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) untuk adik kelas baru. Menyadari hal ini, Batu semakin girang karena ia bisa semakin dekat dengan Dinda, Sang pujaan hati.
"Duk.....duk....duk... duk..." suara langkah kaki Bayu yang berlari ke arah kelas Dinda dengan penuh semangat.
Bayu pergi ke kelas Dinda karena ingin mengajaknya untuk MPLS bersama-sama, sayangnya Dinda dan Bayu belum bisa dipertemukan karena Dinda sedang pergi bersama Tono (teman geng Bayu) ke kantin. Mendengar hal itu Bayu otomatis langsung meluapkan amarah dan kesabarannya, ia berpikir bahwa Tono mau menikungnya. Bergegaslah dengan cepat Bayu menuju kantin dengan membawa bogem mentah di tangan kiri dan kepalan tinju di tangan kiri, bersiap-siap untuk menghancurkan Tono.
Setibanya di  kantin, melihat Tono yang asik makan berdua dengan Dinda, dengan cepat Bayu berlari ke arah Tono dengan raut wajah murka sambil mengacungkan jari tengah lalu melompat setinggi bahu Tono dan meninju Tono, ditinjunya hingga babak belur, meski sudah jatuh tersungkur Bayu tetap memukulinya tanpa ampun. Ada banyak orang disana namun tidak ada satu orang pun yang mempunyai nyali untuk melerai Bayu dengan Tono. Selang 1 menit-an,
"HEI!!!...HEI!! CUKUP SUDAH BERHENTI!" suara pak satpam yang berusaha melerai kedua anak itu.
Akhirnya perkelahian itu bisa terselesaikan dan mereka berdua dibawa ke ruangan BK oleh Pak Andi selaku guru BK. Wajah Tono yang masih lebam keungu-unguan dan hidungnya yang meneteskan darah segar karena kalah dalam bertarung sedangkan Bayu yang merasa puas bisa menghajar orang yang telah mengkhianatinya.
Di ruang BK, awalnya terasa sunyi dan tak ada sedikitpun percakapan, sampai Pak Andi selaku guru BK menanyakan apa yang terjadi terhadap mereka berdua.