Mohon tunggu...
Novena Ramira Bayu Agatan
Novena Ramira Bayu Agatan Mohon Tunggu... Mahasiswa

Halo! Saya seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi Telkom University. Senang belajar hal baru adalah saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sejarah Arca Gajah Tipe Megalitik di Museum Sri Baduga Bandung, Cari Tau Yuk!

13 November 2023   12:00 Diperbarui: 13 November 2023   12:37 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arca Gajah Tipe Megalitik asal Pajamban Lor Cirebon yang digunakan sebagai salah satu media pemujaan masa Megalitikum. Foto: Novena Ramira B.A

Kota Bandung sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat adalah sebuah kota yang memiliki banyak julukan seperti Kota Kembang, Paris Van Java, Kota Kuliner hingga Kota Kreatif. Semua itu bisa hadir karena banyak sekali keunikan dan keberagaman hal yang hadir di kota ini. Salah satu hal yang paling menonjol adalah Kota Bandung memiliki banyak museum yang bisa kita kunjungi di saat waktu senggang contohnya adalah Museum Sri Baduga.

Museum Sri Baduga adalah salah satu museum yang sengaja didirikan untuk menjaga peninggalan-peninggalan benda bersejarah khususnya di Provinsi Jawa Barat yang dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Museum Sri Baduga ini berlokasikan di Jl. BKR No.185, Pelindung Hewan, Kec. Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 atau lebih tepatnya berseberangan dengan Lapangan Tegalega, Bandung.

Museum Sri Baduga seringkali dijadikan destinasi kunjungan para pelajar di mulai dari Siswa Sekolah Dasar hingga Mahasiswa dari berbagai macam Universitas hadir berkunjung untuk mengenal lebih jauh dengan peninggalan benda-benda zaman dahulu terutama yang berada di Provinsi Jawa Barat. Dilansir dari laman website resmi milik Museum Sri Baduga terdapat 10 kelompok koleksi diantaranya yaitu, Geologika, Numismatika / Heraldika, Biologika, Filologika, Etnografika, Keramologika, Arkeologika, Seni Rupa, Historika dan Teknologika dengan total jumlah 6.979 buah benda sejarah yang bisa kita lihat dan cari tahu latar belakangnya.

Berdasarkan jejak tinggalan arkeologi di Jawa Barat, dapat direkonstruksi bagaimana sebuah sejarah kehidupan masyarakat di Jawa Barat dari masa ke masa. Jawa Barat telah dihuni manusia sejak zaman prasejarah. 

Berdasarkan tempat tinggalnya, pembabakan zaman dibagi kedalam dua kelompok : zaman batu (paleolitikum, mesolitikum, neolitikum, dan megalitikum) dan zaman logam. Pembabakan masa menghasilkan ciri khas khusus dan memberikan warna pada kebudayaan masyarakat Jawa Barat. 

Pada zaman megalitikum, manusia pada umumnya menjadikan batuan sebagai bahan dasar untuk membuat sebuah benda yang dapat membantu keberlangsungan kehidupannya di periode itu. Arca batu biasanya dipahat dengan bentuk manusia atau hewan yang dipercaya sebagai tanda bahwa itulah gambaran wujud nenek moyang.

Salah satu koleksi yang menarik perhatian adalah sebuah replika peninggalan Arca Gajah yang termasuk kedalam jenis Arkeologika dengan Tipe Megalitik dan berasal dari Pejambon Lor Cirebon. Sebuah arca yang terukir seperti hewan Gajah ini terletak di Lantai 1 pada Museum bersamaan dengan jenis arca lainnya. Arca Gajah Tipe Megalitik ini memiliki lebar 62 cm dan tinggi 56 cm.

Arca ini dibuat ulang sebagai replika semirip mungkin dari bahan fiberglass dan kemudian dicetak sesuai dengan bentuk, ukuran serta warna aslinya. Arca Gajah Tipe Megalitik ini aslinya berada di Desa Pejambon, Kecamatan Cirebon Selatan, Kabupaten Cirebon, sekarang berada di sebuah bangunan permanen (cungkup) yang dibangun oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang.

Arca ini terbuat dari sebuah bongkahan batu monolit yang diukir dan digambarkan berbentuk manusia dengan kepala gajah, tanpa kaki. Tangan berjumlah dua buah terlipat di depan dada. Tangan kanan memegang gada, sedangkan tangan kiri memegang gading. Muka digambarkan dengan mulut lebar, belalai menjuntai sampai menyentuh tangan kanan. Pada bagian punggung digoreskan sebuah gambar cambuk (chamara) dan kuncup bunga teratai (utpala).

Konon katanya Gajah dipilih karena gajah merupakan hewan yang memiliki makna atau simbol kekuatan oleh alam. Jika dilihat lebih dekat, Arca Gajah Tipe Megalitik ini menunjukan sedang berada di posisi duduk di atas kaki belakangnya. Kemudian jika dilihat dari tampak depan, kaki kiri depan memegang sebuah senjata di depan perutnya.

Dalam mitologi Hindu banyak dikenal adanya dewa-dewa. Salah satu dewa dalam mitologi Hindu yang cukup terkenal adalah Ganesha. Ganesha digambarkan berkepala gajah dengan belalai, badan manusia, sedangkan kaki berbentuk kaki manusia tetapi sangat tambun. Tugas utama Ganesha menurut mitologi Hindu adalah sebagai menghadang semua rintangan bagi orang-orang yang berbuat baik. 

Dengan tugas demikian, orang menempatkan arca Ganesha tidak hanya di bangunan suci, tetapi juga di tempat-tempat penting lain, seperti perempatan jalan dan di bawah pohon. 

Ganesha juga dianggap sebagai dewa kebijaksanaan. Arca Ganesha yang berasal dari Pejambon termasuk dalam kelompok yang digambarkan oleh Brumund dan Krom sebagai arca yang telah mendapat pengaruh Hindu-Buddha tetapi telah mengalami percampuran dengan kepercayaan asli. Dahulu diperkirakan keberadaan Arca Gajah Tipe Megalitik ini digunakan sebagai salah satu media pemujaan leluhur oleh masyarakat di sekitar Pejambon Lor Cirebon.

Setelah kita mengetahui Arca Gajah Tipe Megalitik yang berasal dari Pejambon Lor Cirebon ini membuat kita semakin mengetahui juga bagaimana latar belakang dari sebuah mitologi hindu yang ternyata dahulu itu terdapat dewa-dewa yang dipercaya bahwa sang dewa-lah yang akan senantiasa membantu serta menolong mereka di segala kondisi yang kemudian digambarkan melalui sebuah media batu atau arca tersebut. 

Tidak hanya itu kita juga menjadi lebih kenal dengan ciri dari bentuk arca yang ada di masa megalitik. Seiring berjalannya waktu mungkin kini tradisi lokal yang berada di Cirebon sudah berubah karena adanya pergantian masa dan juga masuknya agama Islam ke daerah Cirebon.

Kehadiran Museum Sri Baduga dengan segala koleksi peninggalan sejarah Jawa Barat membuat kita tetap mengetahui apa yang sebenarnya menjadi asal-usul sebuah budaya yang beredar di sebuah daerah. 

Hilangnya sebuah benda sejarah sebagai bukti kehadiran suatu ciri khas bisa menghilangkan identitas sebuah budaya yang ada, berkurangnya cerita dari seorang orang tua atau mungkin dahulu kita seringkali mendengar bagaimana kakek atau nenek di masa mudanya yang melakukan berbagai kegiatan yang kini sudah tidak lagi dilakukan atau bahkan ditinggalkan karena beranggapan bahwa itu sudah terlalu kuno lagi untuk tetap dilakukan di masa sekarang. 

Semua faktor tersebutlah yang bisa menjadikan generasi muda tidak mengetahui apa saja yang sebenarnya ada di daerah yang sekarang mereka tempati. Karena mulai banyak masyarakat yang tidak mengetahui sejarah daerahnya sendiri akibat banyaknya budaya baru yang masuk hingga adaptasi budaya dari negara lain yang membuat banyak masyarakat lupa akan keberadaan budayanya sendiri yang lebih banyak dan unik.

Dengan berkunjung ke museum, kita bisa menambah pengetahuan akan keberadaan benda atau cerita di masa lampau, bisa mengingatkan kita atas keberadaan benda yang dahulu sangat membantu kehidupan sehari-hari masyarakat pada masanya, kemudian kita juga bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di masa itu sehingga bisa terbentuknya sebuah benda yang memiliki nilai tinggi dalam sebuah budaya. 

Selain itu, Keragaman bentuk, warna, bahan dasar, hingga proses pembuatannya bisa membuat kita menjadi lebih menghargai keberadaan peninggalan sejarah Jawa Barat tersendiri.

Maka dari itu, kita sebagai generasi penerus sangatlah perlu memperhatikan sebuah hal-hal kecil yang bisa merubah, menggantikan, atau bahkan merusak keaslian budaya Jawa Barat yang kita miliki yang nantinya bisa berguna di kemudian hari dan dilestarikan kembali agar tetap terjaga keberadaannya. 

Mulai dari langkah kecil seperti berkunjung ke sebuah museum. Museum Sri Baduga bisa kamu kunjungi di setiap hari Selasa - Jumat pukul 08.00 sampai 16.00 WIB dan Sabtu - Minggu pukul 07.00 sampai 14.00 WIB.


Kamu juga bisa menghubungi pihak museum untuk melakukan reservasi kunjungan atau informasi kegiatan melalui nomor 081321871980 atau melalui akun instagram @sribaduga1980 seluruh informasi tertera sangat lengkap disana.

Referensi:

Widyastuti, Endang. (2009). Variasi Bentuk Ganesha dan Perkembangan Religi di Jawa Bagian Barat. https://arkeologisunda.blogspot.com/2009/02/dari-tradisi-makna-dan-budaya-materi.html

Koleksi Museum Sri Baduga Bandung. http://sribaduga.jabarprov.go.id/koleksi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun