Mohon tunggu...
Pujangga Berkuda
Pujangga Berkuda Mohon Tunggu... Novelis - Sastra itu candu

Founder KLBI (Komunitas Literasi Bahasa Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kontribusi Sarjana Pendidikan Agama Islam Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan

12 Juli 2020   08:43 Diperbarui: 12 Juli 2020   08:34 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamu’alaikum wr. wb.

Bismillah alhamdulillah wa shollatu wassalamu ‘ala Rasulillah Muhammad bin Abdillah, wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’iin.

Seperti yang kita tahu, sistem pendidikan memiliki dua tonggak inti yaitu keberadaan pendidik dan peserta didik. Berbagai pola pun disusun dan dirembukkan sedemikian rupa demi terciptanya masyarakat yang cerdas, mandiri, memiliki integritas dan intelektualitas yang mumpuni.

Dalam penggalan UUD 1945 alenia keempat terdapat kalimat “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Maka dari itu, menciptakan masyarakat yang cerdas merupakan salah satu tujuan dari negara Indonesia, mengingat bangsa kita memiliki SDA yang melimpah ruah, tetapi tidak diimbangi dengan SDM yang berkualitas. 

Lalu bagaimana caranya menciptakan SDM yang berkualitas tanpa harus susah-payah menggunakan tenaga kerja asing? Jawaban ada di dalam pendidikan. Namun, apakah pendidikan bisa menjamin terciptanya SDM yang berkualitas? Jelas tidak ada yang bisa memastikan hal tersebut. Gonjang-ganjing perdebatan mengenai SDM berkualitas dari masyarakat di negara ini pun terjadi.

Perlu diketahui, bahwasanya output yang berkulitas didukung oleh tenaga pengajar yang kompeten dan profesional. Alhasil, sekolah tinggi dan universitas menjadi sumber yang diharapkan dapat melahirkan pendidik-pendidik yang bermutu, bertanggung jawab, dan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Akan tetapi apa gunanya pendidik yang kompeten dan profesional jikalau mereka tidak memiliki sikap atau akhlak yang baik? Kecerdasan yang tidak diimbangi dengan budi pekerti yang luhur, hanya menghasilkan banyak pertentangan yang berujung pada penyimpangan, pembangkangan, dan tindak kejahatan yang luar biasa.

Lalu siapa yang dapat diandalkan dan diharapkan mengembangkan ilmu pengetahuan di negeri ini dengan sebaik-baiknya? Mari kita lihat kontribusi dari sarjana Pendidikan Agama Islam.

“Hah? Bukannya sarjana lulusan prodi Pendidikan Agama Islam hanya digunakan untuk mengajar Pendidikan Agama Islam saja? Bagaimana dengan nasib ilmu pengetahuan umum seperti matematika, fisika, biologi, kimia, dan lainnya?” Begitulah paradigma yang tertanam dalam pemikiran masyarakat kita saat mengetahui gelar sarjana Pendidikan Agama Islam.

Padahal tujuan daripada Pendidikan Agama Islam sendiri tidak hanya sebatas itu. Bila dibentangkan lebih lebar, Islam memberi himbauan untuk umatnya agar giat menuntut ilmu, mulai dari buwaian sampai liang lahat. Alasannya adalah karena Allah SWT telah menanamkan pada tiap-tiap diri manusia sebuah kelebihan yang berfungsi untuk keberlangsungan hidup seluruh umat manusia baik secara pribadi maupun menyeluruh.

Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i dijelaskan:


حدثنا هشام بن عمار حدثنا حفص بن سليمان حدثنا كثير بن شنظير عن محمد بن سيرين عن انس بن مالك قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ اَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيْرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada kami Katsir bin Syinzhir berkata dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan, dan emas ke leher babi.” (HR. An-Nasa’i).

Para sarjana dari Pendidikan Agama Islam memiliki kontribusi yang besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Demikian yang diungkap hadis di atas, ketika lulus dari perguruan tinggi atau universitas, para sarjana PAI tidak hanya berperan sebatas menjadi guru mata pelajaran PAI di sekolah dan tidak bisa bersaing di bidang pengetahuan lain, tetapi justru dari sarjana-sarjana PAI inilah ilmu pengetahuan dapat dikembangkan secara maksimal karena diimbangi dengan akhlak/pembentukan moral yang baik sehingga derajat insan kamil dapat tercapai, yang secara tidak langsung meningkatkan kualitas SDM di negara Indonesia.

Jikalau seperti itu, lantas untuk apa keberadaan prodi pendidikan umum?

Saya pribadi tidak menyalahkan adanya prodi pendidikan umum, dan artikel ini tidak dimaksud untuk melemahkan atau menyinggung prodi tersebut atau prodi-prodi yang lain. Hanya saja, apa yang dipelajari di prodi pendidikan umum juga dipelajari prodi PAI, tetapi apa yang dipelajari di prodi PAI belum tentu dipelajari di prodi pendidikan umum.

Sudah banyak lulusan dari prodi PAI yang membuat paper mengenai ilmu pengetahuan umum karena mereka dapat mengolah kemampuan/kelebihan di dalam diriya dengan baik, sehingga paradigma negatif dari masyarakat mengenai sarjana-sarjana PAI dapat dihapuskan dan digantikan dengan kepercayaan mereka kepada tenaga pengajar dari lulusan PAI. Tentunya segala paper, penemuan, dan riset yang dilakukan menggunakan metode penelitian yang sistematis dan fokus pada masalah-masalah terkini.

Namun seberapa pun besarnya potensi lahirnya figur pendidik yang terbaik dilihat dari kontribusi sarjana PAI untuk pengembangan ilmu pengetahuan, tetap saja meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya/pasangannya merupakan hal yang zhalim. 

Tidak semua sarjana PAI berakhir pada ruang kelas dan mengajarkan mata pelajaran yang sesuai dengan gelarnya, tetapi masing-masing mereka memiliki bakat/kemampuan yang perlu diapresiasi atau diletakkan pada tempatnya.

Semoga artikel ini dapat membuka kesadaran kita semua, dan tentunya harapan saya selaku penulis, paradigma masyarakat mengenai sarjana dari prodi Pendidikan Agama Islam bisa berubah dengan adanya banyak bukti penelitian dan keberadaan guru-guru profesional pada mata pelajaran umum yang diamankah kepada guru dengan gelar sarjana Pendidikan Agama Islam.

Wallahu ‘Alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun