Bismillahirrahmanirrahiim
Pihak sekolah, guru, murid juga orang tua mulai bernapas lega. Tahun ajaran sekolah baru mulai tiba. Sekolah-sekolah pun mulai kembali dibuka.
Orang tua selama dua tahun lebih, pola pendidikan dan pembelajaran seolah tidak menentu. Kebijakan tiap sekolah yang beragam dalam proses pembelajaran, metode pembelajaran, tugas sekolah hingga pada penilaian hasil belajar anak.
Dunia pendidikan terancam buruk kesannya akibat pandemi yang mendunia beberapa tahun berlalu.
Pandemi akibat merebaknya covid-19 hingga pada negeri ini, menjadikan dunia pendidikan semakin tidak terarah. Standar-standar penilaian tiap sekolah yang bisa dibilang terlalu mudah.
Program-program sekolah yang mulanya beragam demi mendesain peserta didik agar menjadi manusia-manusia seutuhnya tidak dapat terpenuhi.
Anak-anak yang dahulu dijauhkan dari ponsel, laptop, gadget dan semacamnya agar tidak terpapar hal-hal yang tidak diinginkan, justru saat pandemi anak-anak wajib memiliki satu di antaranya.
Hari-hari mereka akhirnya terpaksa berada di depan layar-layar beradiasi itu. Secara perlahan dan masif akhlak anak-anak didik itu terkikis.
Semua menjadi serba sulit mengarahkan anak-anak. Guru-guru tidak dapat menatap dan menyentuh muridnya satu per satu demi memberikan sentuhan semangat, tidak juga ada tatapan peringatan hingga pada doa yang dipanjatkan bersama saat berada di ruang-ruang kelas.
Memang benar dan kita tahu bahwa pendidikan akhlak seharusnya berangkat dari dalam rumah-rumah keluarga. Hanya saja, terkadang ada keluarga yang orang tua mereka sibuk bekerja, sehingga sekolahlah sebagai partner mereka dalam mendidik anak-anak mereka.