Mohon tunggu...
Sarni Al-boegisy
Sarni Al-boegisy Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku hanyalah manusia biasa, terlahir di lingkungan suku bugis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebutlah Itu Setia

16 April 2013   10:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:07 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena yang setia tak perlu diminta untuk menunggu. Sebuah kalimat yang kukutip dari novel ini berhasil meyakinkan hatiku, bahwa yang setia memang tidak perlu diminta untuk menunggu, karena tanpa diminta pun hati akan memberikan ruang setia untuk satu hati. Sebutlah itu setia. Kesetiaan yang tak termakan oleh jarak meski sejauh apapun itu.Kesetiaan yang takkan pudar meski tatapan ini selalu terhalang oleh gunung dan langkah terhalang oleh laut. Merindukanmu dari jauh adalah cara setiaku. Karena aku yakin kau akan datang pada saat musim semi, ketika daun-daun berguguran, kita menyaksikannya bersama sambil menyeduh chocholate di bibir telaga.

Jika tiba waktunya, kesetiaan itu akan terjawab oleh waktu. Dengan kehadiran sosokmu di sini bukan lagi bayangan yang kupeluk erat dalam mimpi. Aku akan menunggu tanpa kau meminta, karena aku tahu kau pun menunggu tanpa kuminta. Sebuah kepercayaan yang begitu dalam telah tertanam, selama kita menambatkan hati untuk menjalin hubungan ini dari dua tahun yang lalu. Aku dan kau percaya, kita bisa menjaga diri dan hati meski raga tak di sisi. Sebutlah itu setia…

Dua tahun, selama itu hanya sekali kutatap wajahmu, tapi aku begitu yakin, ketika kau pamit untuk pergi menuju ranah ilmu, kulepas kau bersama kesetiaan yang menemani langkahmu di sana.Aku yakin kau akan kembali, karena kasih akan membawamu kembali pada kesetiaan.

Dua Tahun, selama itu pula hati tak selalu menemani dalam kesendirian, di sinilah kesetiaan diuji. Ketika kehadiran sosok lain mengalahkan kekuatan kasih ini, bahkan nyaris melukai hati yang setia.Aku bekerja keras menolak kehadirannya, dan kembali pada keteguhan hati yang memilihmu.Ya, aku memilihmu, dan ini adalah petunjuk Tuhan. Dia menuntun hatiku untuk memilihmu, dan mempertahankanmu hingga detik ini.

Dua tahun, setiaku terpatri untukmu, namun kugantungkan segala harapan ini pada Sang Ilahi. Karena hanya Dia lah yang memampukanku untuk mencintaimu dan setia dalam waktu dan jarak yang panjang.

Sebutlah itu setia, karena yang setia tak perlu diminta untuk menunggu.

***

Batam, 13 April 2013

Teruntuk hati yang setia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun