Toleransi dan Bhineka Tunggal Ika 2024 yang diselenggarakan oleh Yayasan Cahaya Guru, Pusat Kerukunan Umat Beragama dan Rambah Kota. Acara tersebut mengusung jalan kaki seru menyusuri empat rumah ibadah dan jelajahi tempat-tempat unik dan seru di Kota Bogor dan perjalanan penuh makna merayakan keragaman, menanamkan nilai moderasi beragama, dan memperkuat persaudaraan lintas agama sungguh saya sangat tertarik untuk mengikuti rangkaian acara tersebut, apalagi ditambah dengan rangkaian acara berjalan bersama melintasi rumah-rumah ibadah yang kaya sejarah khususnya di kota Bogor, belajar langsung dari keberagaman agama dan budaya yang menyatukan serta ditambah dengan deklarasi Guru Bineka Bogor sebagai simbol komitmen untuk menyatukan semangat toleransi di sekolah.
Hai, perkenalkan nama saya, Noveit Parana Nandhiyar. Panggil saya cukup dengan Novit saja. Sehari-hari saya mengajar kelas 3 di sebuah SDN di Kota Bekasi. Berawal postingan instagram perihal kegiatan Peace Walk 2024 yang bertajuk GebyarSaya termasuk beruntung terpilih sebagai bagian dari 50 peserta Peace Walk. Ternyata menurut panitia antusiasme guru yang mendaftar kegiatan seluruhnya sebanyak 130 orang, hanya pihak penyelenggara membatasi kuota peserta agar kegiatan dapat berjalan sesuai rundown yang telah dibuat. Ketika akhirnya saya dihubungi melalui pesan whatsapp oleh pihak penyelenggara dari Yayasan Cahaya Guru, betapa antusiasnya karena sudah terbayang saya akan berkenalan dengan peserta lain yang juga berprofesi guru dari pukul 07.00 hingga 17.00. Bayangan 10 jam bersama teman baru dan aktivitas apa saja yang akan kami lakukan bersama membuat saya mengumpulkan semangat untuk mengikuti rangkaian kegiatan dengan mematuhi aturan yang telah ditetapkan dalam teknikal meeting di jumat pukul 16.00, satu hari sebelum pelaksanaan acara.
Cekidot, saya akan mulai dari malam sebelum keberangkatan dimana saya lupa ada jadwal zoom teknikal meeting, untungnya panitia mempersiapkan dokumen Canva yang dapat saya pelajari tentang pelaksanaan teknis kegiatan. Hari Jumat, 06 Desember 2024 terus terang saya lelah sekali karena sejak pukul 02.00 belum tidur mempersiapkan Asesmen Kepala Sekolah, walau yang dinilai kepala sekolah, kami para guru juga bersama-sama berkumpul mempersiapkan administrasi kelas dan pembelajaran untuk dilihat oleh para pengawas. Alhamdulillah supervisi kepala sekolah oleh pengawas berlangsung lancar dan mendapat nilai yang baik. Siang hari saya masih mengawas Assesment Sumatif Akhir Semester Ganjil. Luar biasa sampai rumah sudah menunggu pekerjaan domestik yang harus saya bereskan sebelum berkegiatan di hari Sabtu.
Saya memutuskan tidur lebih cepat karena memang mengantuk di pukul 20.00 WIB sambil berdoa semoga saya terbangun dini hari agar tidak kesiangan berangkat ke Bogor. Jam biologis membangunkan saya di pukul 02.00 WIB. Ah, lumayan ada waktu 2 jam untuk mempersiapkan rumah agar rapi saat saya tinggal berkegiatan. Bersyukur dengan teknologi, tinggal pesan makanan untuk stok seharian di rumah dan bayar hanya lewat smartphone, urusan rumah dan makanan terselesaikan hanya dengan jari. Pukul 04.30 WIB selessai salat subuh dengan mengendarai motor sendirian membelah jalanan yang masih gelap dan senyap. Dalam hati tak henti saya berdoa semoga diberikan keselamatan dalam perjalanan. Pukul 05.00 WIB sampailah di Stasiun Tambun, Bekasi menitipkan motor dan voila...kereta seakan sudah menunggu di depan mata. FYI, selama perjalanan saya selalu dipermudah, lancar dan selalu duduk walaupun berdesakan saat masuk kereta. KRL transit Stasiun Manggarai dan saya melanjutkan dengan KRL jurusan Bogor di peron 11-12.
Kesempatan di KRL saya gunakan untuk tidur dan memang walaupun tidur ayam, tetapi saya terbangun saat kereta sudah ada di Stasiun Cileubut dan tengok jam sudah pukul 06.59 WIB. Sedikit was-was karena jika melihat rundown, acara dimulai pukul 07.00 WIB, saya khawatir akan ditinggal peserta lain. Sampai Stasiun Bogor sudah lewat 6 menit dari pukul 07.00, awalnya pesan ojek daring tetapi karena tidak sabar menunggu saya putuskan naik ojek pangkalan yang ada di depan stasiun.
"Pak, Gereja Zebaoth ya?" driver ojek yang sudah bapak-bapak separuh baya, berjenggot dan berkumis lebat hanya mengangguk dengan wajah sedikit bingung.
"Tahu kan, Pak? Gereja Zebaoth Paledang?"
"Paledang? Gereja? Oh tahu ... tahu."
Walau agak ragu karena wajah driver itu agak kurang meyakinkan, saya putuskan untuk percaya saja driver itu tahu wilayah Bogor. Ternyata saya harus percaya intuisi, bapak driver menunjuk satu gereja tak jauh dari stasiun namun bukan gereja yang dimaksud.
"Tenang, Bu. masih banyak gereja di Paledang," ujar driver membuat saya sedikit tenang saat driver membelokkan motornya ke jalan kecil berliku dan menunjukkan sebuah gereja di sebuah jalan kecil. Sepertinya bukan gereja yang saya tuju. Dalam hati saya menyesal memakai jasa ojek pangkalan karena tidak pakai teknologi titik tujuan. Niatnya mau cepat, malah dibawa keliling cari gereja. Wajah bapak driver itu sudah pias dan khawatir mengecewakan.